Mohon tunggu...
Henri Satria Anugrah
Henri Satria Anugrah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Konten Pengembangan Diri

Membacakan hasil tulisan di channel Youtube bernama Argentum (https://www.youtube.com/c/Argentum-ID/)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Bedanya Stereotip, Prasangka, dan Diskriminasi?

6 Oktober 2019   19:30 Diperbarui: 22 Juni 2021   08:06 20925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prasangka membuat seseorang tidak menyukai seluruh orang dalam ras, suku, dan agama tertentu, sehingga menganggap mereka lebih rendah daripada manusia.

Prasangka terbentuk karena pikiran dan perasaan buruk terhadap kelompok tertentu akibat pengaruh dari lingkungan atau pengalaman buruk terhadap seseorang pada suatu kelompok. Misalnya, karena beredar anggapan bahwa "orang padang itu pelit", maka seseorang dapat berprasangka bahwa semua orang padang merupakan orang pelit, sehingga membenci seluruh orang padang. 

Contoh lain, hanya karena satu orang padang tidak meminjami kita uang pada saat tertentu, kita langsung beranggapan bahwa seluruh orang padang itu pelit (padahal bukan karena orang padang itu benar-benar pelit, tetapi memang tidak memiliki uang atau sedang memiliki kebutuhan yang sangat mendesak. 

Cara berpikir seperti itu sangatlah berbahaya karena pada kenyataannya, tidak semua orang padang itu pelit. Sebagai warga negara Indonesia yang terdiri dari berbagai ras, suku dan agama kita harus menjauhi prasangka dalam berpikir agar tidak memiliki rasa benci terhadap ras, suku, dan agama tertentu. Kuatnya prasangka dalam berpikir dapat mendorong seseorang melakukan diskriminasi.

Diskriminasi adalah perilaku khusus yang buruk terhadap kelompok tertentu . Diskriminasi pada umumnya dilakukan akibat pengaruh dari prasangka.

Baca juga: Glass Ceiling Effect: Ketika Potensi dan Cita-Cita Perempuan Terbentur oleh Stereotipe dan Diskriminasi

Melanjutkan contoh di atas, misalnya, karena kita telah berprasangka bahwa orang padang itu pelit, maka kita mendiskriminasi seluruh orang padang dengan "membalas kepelitan mereka" (misalnya, kita tidak akan meminjami uang kita kepada satu orang padang pun, tetapi selain orang padang boleh meminjam uang kita). Diskriminasi merupakan "virus" perilaku berbahaya yang dapat memicu perpecahan antar kelompok. 

Diskriminasi sangat tidak pantas dilakukan, apalagi di negara yang bersemboyan Bhineka Tunggal Ika ini. Sebagai warga negara Indonesia, seharusnya kita tidak bersikap dan berperilaku berbeda hanya karena perbedaan ras, suku, dan agama. Bukankah perbedaan merupakan keindahan khusus yang ada di Indonesia?

Stereotip, prasangka, dan diskriminasi harus dijauhi dari hati dan pikiran kita. Stereotip, prasangka, dan diskriminasi tidak hanya kesesatan dalam berpikir, tetapi juga pemicu utama dalam perpecahan antar golongan. Oleh karena itu, sebagai warga negara Indonesia, kita harus saling menyayangi dalam perbedaan dan berpegang teguh pada Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun