Berpikir merupakan aktivitas yang dilakukan setiap detik oleh manusia. Dalam berpikir, subjektivitas pasti mencampuri pemikiran manusia (kecuali jika memikirkan hal konkrit seperti lokasi benda/tempat, tahun peristiwa, nama orang, dll), termasuk para ahli sekalipun.Â
Jika subjektivitas dapat ada pada para ahli, sadarkah bahwa subjektivitas juga dapat menghinggapi pikiranmu? Bahkan, artikel ini pun juga sarat akan subjektivitas penulis.
Subjektivitas dalam berpikir pasti terjadi pada semua orang karena manusia merupakan makhluk yang bersifat emosional. Di satu sisi, sifat emosional pada manusia membuat kita tidak pernah mencapai kebenaran absolut (kecuali jika membahas hal konkrit).Â
Di sisi lain, sifat emosional menunjukkan bahwa kita adalah manusia normal. Bahkan jika tidak bisa merasakan emosi, kita dapat didiagnosis alexithymia, yaitu gangguan jiwa ketika seseorang tidak bisa merasakan perasaannya sendiri.Â
Dengan kata lain, bisa disepakati bahwa secara individu, manusia memang bukanlah makhluk yang sempurna. Mungkin Tuhan memang "memaksa" kita untuk saling bekerja sama dalam menyelesaikan berbagai permasalahan di dunia (setidaknya itu yang penulis yakini).
Namun demikian, bukan berarti kamu harus berkecil hati sambil berkata "Ah yasudah, aku tidak usah berpikir karena bukan makhluk yang sempurna". Sebaliknya, justru kita harus senantiasa berpikir dengan lebih hati-hati dan terbuka pada berbagai pendapat orang lain. Jika tidak ada yang berpikir, maka siapa yang akan memajukan dunia selain manusia?
Ada beberapa cara yang bisa diterapkan untuk mengurangi subjektivitas. Dengan mengurangi subjektivitas, kita bisa mendekati kebenaran dengan pikiran kita secara individu. Dengan menerapkan cara ini, kita bisa memaksimalkan potensi diri kita sebagai manusia.
Tidak Mempercayai Siapapun Secara Mutlak
Sebagaimana telah kamu sadari bahwa tidak ada manusia yang 100% benar, meskipun dia seorang ahli. Oleh karena itu, kamu tidak boleh percaya kepada siapapun secara mutlak.Â
Namun, kamu harus tetap terbuka terhadap berbagai pendapat banyak orang. Semakin banyak mendengarkan pendapat orang lain, maka semakin baik. Lalu, evaluasilah pendapat itu berdasarkan argumen yang mendasari pendapatnya.Â
Biasanya, seorang ahli memiliki argumen yang sangat kuat dalam menyampaikan pendapatnya. Sebaliknya, orang kurang berilmu akan cenderung emosional dan sangat menggebu-gebu agar pendapatnya disetujui banyak orang.
Percaya pada Akal Sehat Diri Sendiri
Siapa lagi yang akan mempercayaimu lebih dari dirimu sendiri? Gunakanlah seluruh pancainderamu untuk melihat, meraba, menghirup, mengecap, dan mendengar. Lalu yang terpenting, gunakanlah akal dan hatimu sendiri dalam memikirkan sesuatu. Jangan pernah menyalin pendapat orang lain, meskipun dia adalah ahli.