Mohon tunggu...
Henri Nurcahyo
Henri Nurcahyo Mohon Tunggu... -

Menulis apa saja, sepanjang memungkinkan. Lebih lengkap tentang saya, sila klik: http://henrinurcahyo.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prabowo Itu Mirip Soekarno atau Soeharto?

28 Juni 2014   14:16 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:27 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14039143311621664966

Oleh Henri Nurcahyo

Saya mencoba membuat catatan ini dengan kepala dingin. Mudah-mudahan tidak terbawa subyektivitas yang berlebihan karena kebetulan saya mendukung Jokowi. Saya hanya mencoba membuat deskripsi mengenai sosok Prabowo sejak kemunculannya menjelang Pilpres hingga perkembangan terakhir ini.

Begini. Pertama, ketika seorang Prabowo berniat maju sebagai Calon Presiden, maka citra yang dibangun adalah, dia sosok yang tegas, tidak ragu-ragu, cerdas, berwibawa, anti korupsi dan semacamnya. Citra seperti itu dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang berlawanan dengan citra SBY yang meski sama-sama berlatar belakang militer namun dinilai tidak tegas, lamban dan peragu. Pemerintahan SBY adalah pemerintahan yang gagal, korupsi merajalela, kemiskinan tidak tertanggulangi, kekayaan sumberdaya alam dikuras habis. Substansinya, Indonesia jangan sampai punya presiden seperti SBY lagi, karena itu pilihlah Prabowo.

Dalam perkembangannya, ternyata Prabowo menggandeng Hatta Rajasa, mantan Menteri Koordinator Ekuin dalam pemerintahan SBY. Makanya segala keburukan, khususnya dalam bidang ekonomi dalam pemerintahan SBY mau tak mau menjadi kesalahan Hatta Rajasa juga. Hal inilah yang dilupakan, sehingga sempat terpeleset dengan mengatakan soal kebocoran anggaran itu.

Demikian pula ketika SBY menyatakan bahwa Partai Demokrat itu netral, tidak memihak siapapun. Maka Prabowo berusaha mati-matian agar PD mendukung dirinya, baik melalui jalur Hatta Rajasa sebagai besannya, maupun secara formal dengan cara menggelar paparan visi misi di depan jajaran pengurus PD. Menurut SBY, acara itu bukan atas kemauan PD, tetapi pihak Prabowo sendiri. Dalam kesempatan itu digelar polling untuk pengurus PD tentang pilihannya, ternyata banyak yang memilih Prabowo, sebagian netral, dan tidak satupun yang berpihak ke Jokowi. Setelah saya cermati, ternyata pilihan itu diarahkan untuk tidak memilih Jokowi. Itu terbukti dengan item pilihan Jokowi disertai dengan kalimat: Tidak pernah ada tawaran dari PDIP mengajak PD (kira-kira begitu bunyinya).

Kedua, ketika Prabowo deklarasi sebagai Calon Presiden, dia membangun citra bahwa dirinya mirip Soekarno. Dipilihnya Rumah Polonia sebagai basis keberangkatannya yang merupakan bekas rumah salah satu isteri Soekarno. Prabowo sering mengatakan, bahwa kalau dia pidato tidak pernah menggunakan teks tertulis, seperti Soekarno. Lihat juga penampilannya, necis, rapi, berkopiah, mirip Soekarno. Bahkan, akronim pasangan Prabowo – Hatta, tidak pernah disingkat, supaya mirip dengan Soekarno – Hatta. Pilihan typografi hurufnya pun dibuat persis dengan tulisan Soekarno – Hatta yang terkenal itu. Pernah ada pula semboyan yang berbunyi: Atas nama bangsa Indonesia, Prabowo – Hatta.

Permadi, SH, paranormal pendukung Prabowo yang mengaku Soekarnois, malah menyebut bahwa Prabowo adalah Penyambung Lidah Soekarno. Padahal kenyataannya, Prabowo bukan apa-apanya Bung Karno, bukan reinkarnasinya, bukan titisannya, bukan foto copy-nya, bukan pula anak biologis. Malahan ia terlahir dari keluarga lawan politik Bung Karno.

Dalam perkembangannya, ternyata pada menit-menit terakhir menjelang deklarasi, Partai Golkar bergabung dengan barisan pendukung Prabowo. Meskipun semula Ical pernah ditolak dan dikecewakan oleh Prabowo ketika menawarkan dirinya menjadi Wapres. Karena itu untuk memberi muka kepada Ical, maka seusai deklarasi langsung Prabowo yang mendatangi rumah Ical yang sudah menyiapkan surat resmi dukungan terhadap Prabowo. Nah dengan bergabungnya Golkar dalam rangkaian gerbong Prabowo, masihkah Prabowo ngotot mirip Soekarno? Bukankah selama ini Golkar mengidentikkan partainya sebagai penerus Soeharto dan Orbanya? Jelas-jelas Golkar menjual nama Soeharto dalam kampanye Pemilu Legislatif yang lalu. Golkar selalu mengatakan, bahwa zaman Soeharto lebih enak ketimbang sekarang. Piye kabare? Isih enak jamanku toh? Begitulah kalimat terkenal yang sering disuarakan Golkar. Bahkan sempat ada yang menamakan diri Komunitas Piye Kabare. Ironisnya, Prabowo malah pernah berucap akan memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto. Lho, kok malah jadi mendukung Soeharto?

Jadi, dengan dua hal itu saja sudah membingungkan untuk memposisikan sikap Prabowo. Benarkah dia mendukung dan ingin meniru Soekarno? Mengapa hal-hal yang berseberangan dengan sikap Soekarno malah dirangkulnya? Berpihak kepada Soekarno berarti melawan Soeharto, karena Soehartolah yang membuat Soekarno sampai meninggal dunia dengan cara-cara yang sangat tidak manusiawi. Toh dengan adanya gerbong Golkar dalam kubu Prabowo, sikapnya menjadi ambivalen.
Dia pernah lantang meneriakkan anti perusahaan asing sebagaimana sikap tegas Soekarno, tapi begitu dikritik keras oleh SBY, maka Prabowo melunak, karena dia ternyata sangat butuh dukungan SBY dan partainya. Tidak ada lagi peluang untuk menjelek-jelekkan SBY dan pemerintahannya. Malah pernah tercetus, Prabowo adalah penerus visi SBY, dan itu sempat membuahkan pujian dari Ibas.

Jadi, bagaimanakah mendeskripsikan sosok Prabowo sebenarnya? Monggo berpendapat (kalau mau) dan mudah-mudahan catatan saya ini tidak tendensius. Ini pendapat saya pribadi, setiap orang boleh berbeda pendapat kan…. Salam. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun