Beberapa waktu lalu seperti biasa saya kedatangan klien di waktu jam praktek. Cuma kali ini sedikit berbeda karena dia adalah seorang wanita muda, dan dari penampakannya (bukan pocong….loh) kelihatan sedang bersedih.
Dalam session observasi dan wawancara, Bunga (bukan nama sebenarnya), banyak menceritakan hal hal yang membuatnya tertekan, mulai dari kehidupannya sejak kecil 5 tahun sampai saat ini, kebetulan dia adalah klien terakhir saya pada hari itu sehingga saya memberikan waktu padanya.
Yang menjadi renungan saya sesudah session konseling dan terapi hari itu adalah kembali pada Bunga, bayangkan…sejak usia 5 tahun dia sudah mengenal seks…gara gara tetangganya dan yang aneh dia tidak merasakan rasa sakit saat mengalami pelecehan seksual, padahal si..bangsat itu…adalah pria dewasa, dan hal ini berlangsung berulang ulang dan berhenti pada usia 6 tahun, karena pelakunya mungkin pindah.
Usia 6 tahun kembali dia mengalami hal sama oleh pelaku lain lagi, singkat cerita….dia tumbuh menjadi wanita (saya mau menyebutnya gadis….but….tidak bisa), dan dimasa kuliah berpacaran dengan mahasiswa Dodo (nama samaran), dan mengalami kehamilan pra nikah dan akhirnya punya anak yang saat ini usianya 1 tahun, sekarang di adopsi oleh ibunya sebagai anak (satusnya menjadi adik Bunga). Bunga dan Dodo tidak menikah… karena banyak faktor, antara lain beda agama, dan Dodo pemberang (sering melakukan verbal abuse), dan Bunga tidak mencintainya lagi.
Yang jadi pemikiran saya adalah kemana ibunya dan ayahnya sejak dia usia 5 tahun…..?, kok bisa bisanya yang setahu saya dari wawancara bahwa ibunya cukup terpelajar, punya pekerjaan yang baik, ayahnya PNS.
Bunga tumbuh menjadi anak yang mempunyai dendam dan amarah pada ibunya juga, karena menganggap ibunya pemyebab sampai dia mengalami pelecehan seks sejak usia 5 tahun itu.
Dalam terapinya Bunga sangat ingin menghilangkan trauma masa lalunya, bahkan kalau perlu membuat ingatannya tidak mampu lagi meng-akses memori masa lampau tersebut. Dalam proses regresi dan desensitisasi yang saya pakai dalam terapi ternyata sangat efektif bekerja pada diri Bunga. Sesudah session dia pulang dengan wajah yang cerah, makin mencintai ibunya, bisa menerima masa lalu, memaafkan mereka yang pernah menyakiti hatinya, dan menjadi wanita yang berani mengatakan TIDAK pada hal hal yang menyangkut ajakan berkaitan dengan seks (dia termasuk wanita yang mudah untuk dibujuk..).
Saran saya kepada kompasianer, bila punya anak wanita jagalah dengan baik mereka, khususnya, hindari:
- Nitip anak perempuan ke tetangga, kalau ada acara kondangan atau apapun itu.
- Jangan biarkan mereka bermain dengan anak anak tetangga tanpa pengawasan.
- Disekolah awasi tetap degan baik saat anak masih TK – sampai usia dia bisa menjaga diri dari orang asing.
- Jangan biarkan anak perempuan kecil anda diantar sopir sendirian.
- Ajari : “Don’t talk to a stranger”
- Yang bapak bapak dan ibu ibu…tahu diri deh…..kalau bisa buat anak…tolong dijaga, dirawat dengan baik juga.
- Banyak berkomunikasi dengan mereka, bukan menginterogasi…jadikan anak sebagai teman sehingga mereka merasa nyaman curhat pada anda.
- Didik, ajari, perlihatkan.. bagaimana yang disebut orang yang punya budi baik, keyakinan agama baik, cara menjaga diri dari orang asing, cara menjaga diri dari orang yang sudah dikenal (80% kasus pelecehan datang dari orang dekat).
Wah..masih banyak lagi deh..anjuran anjuran yang bisa kita pakai…. Tetapi yang paling penting, cegah sebelum terjadi…karena itu WASPADALAH…WASPADALAH… KEJAHATAN TERJADI BILA ADA PELUANG ( kata Bang Napi).
(medio november 11-11-11)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H