Mohon tunggu...
Henri Kurniawan
Henri Kurniawan Mohon Tunggu... -

Saya seorang pekerja keras dan suka berdiskusi

Selanjutnya

Tutup

Politik

PKS Wahabi?

20 April 2013   11:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:54 1359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Larangan Yenny wahid  yang melarang kadernya bergabung dengan PKS dan PKB nampaknya tidak digubris oleh para kadernya. itu terbukti dengan bergabungnya  salah satu pengurus daerah klaten parpol pimpinan Yenny Wahid mendaftarkan diri sebagai calon legislatif dari PKB.

Adapun Alasan Yenny melarang kadernya untuk bergabung dengan PKS dan PKB dikarenakan kedua partai tersebut mempunyai "masalah" sejarah yang buruk terhadap ayahnya yaitu Gus Dur.khususnya bagi PKS yang dianggapnya sebagai "musuh"ideologi"karena tidak sesuai dengan prinsip Ahlus sunnah wal jama'ah.

sungguh mengherankan pola pemikiran Yenny ini ?apa masih menganggap PKS Wahabi? atau memang beliau melihat dari sudut pandang Ainu Sukhti (mata kebencian) . maksudnya walaupun PKS sudah menunjukkan prinsip perjuangan Ahlus sunnah wal jama'ah tetap saja dipandangnya negatif,

padahal beberapa orang dari pengurus PKS adalah orang NU , bahkan mantan presidennya Dr. Hidayat Nurwahid sering menghadiri bahkan menjadi nara sumber diberbagai mesjid dalam peringatan Maulid Nabi,dan baru baru ini pengurus PKS didaerah kebon jeruk jakarta mengadakan maulid dengan nara sumber ust subki al bughury dan para habaib.

Sungguh sangat mengherankan kalau pola pikir tersebut (tidak sesuai dengan ahlus sunnah wal jam'aah) dipadukan dengan realitas yang ada, nampak nyata ada aroma kebencian yang sangat mendalam dengan PKS .saran saya bukalah komunikasi dengan pengurus PKS , saling silaturahim, tukar fikiran agar tercipta keselarasan sehingga tidak timbul kesalah pahaman mengenai ideologi.

salam 3 jari

cinta|kerja|harmoni

henri kurniawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun