"Bibi. Aku petik buah kenari ya?" gumam Kekes kepada Bibi Owa jawa. "Petiklah anakku, petik secukupnya. Pilihlah 3 buah kenari yang terbaik menurutmu untuk Bibi" ujar Bibi Owa jawa dengan senyum wajahnya yang sedang memilah hasil panen perkebunan di wilayah barat.
Panen tahun ini sangatlah melimpah, ini karena ketekunan Bibi Owa jawa yang selalu memperhatikan tingkat pertumbuhan dan nutrisi pada setiap tanaman.
Bibi Owa jawa tau betul, tingkat pemberian nutrisi untuk setiap tanaman yang berbeda. Untuk tanaman ini harus seberapa banyak pupuknya. Pupuknya harus jenis apa dan perlakuannya harus bagaimana. Pupuknya pun tentu yang organik.
Belum lagi pengetahuannya tentang tanah, dia memberikan perhatian khusus untuk hal ini. Tanah ini cocok dengan tanaman ini, kemudian tanah seperti ini cocoknya tanaman jenis ini. Semuanya dengan tekun dia pelajari.
Tak hayal, bila Bajing memperlakukan Bibi Owa jawa dengan sangat istimewa. Beberapa pasukannya diperintahkan untuk belajar kepada Bibi Owa jawa.
Tak hanya itu saja, Bajing pun meminta kepada anaknya Kekes dan keponakannya Bleduk beserta Plecing untuk ngangsu kaweruh (mencari pengetahuan) dari Bibi Owa jawa. Hal itu justru membuatnya merasa bahagia.
Dia merasa anak-anak itu adalah bagian dalam hidupnya. Kekes, Bledug dan Plecing, mampu menghadirkan warna tersendiri dalam kehidupan Bibi Owa jawa.
***
Di sisi lain, di sebuah kesunyian malam. Terkadang Bibi Owa jawa melakukan ritual untuk mengenang anak semata wayangnya. Ritual yang dia lakukan hanya berdiam diri duduk termenung, mengingat kembali masa-masa bahagia bersama anaknya.
Sesekali dia menoleh kebelakang agak mendalam. Dilihatnya 3 anak lucu-lucu yang selalu menemani dirinya, bahagia penuh bunga hatinya. Namun ketika kepalanya menghadap depan dan menunduk, air mata itu tiba-tiba jatuh membasahi pipinya.
Dia betul-betul tak mampu menutupi rasa rindunya yang mendalam pada anak semata wayangnya. Kemudian, dia lampiaskan rasa rindu itu dengan derasnya air mata. Suara isak tangis pun tak mampu dia sembunyikan.