Kampret yang sambil mengunyah buah apel mengumam, "Shyebhyenernya aphya yang dhyiryencyanyakhyan Khyancyil ?", krauk, krauk, terdengar kunyahan itu.
Lajaluka geleng-geleng kepala menyahuti "Habiskan dahulu kunyahanmu, kemudian utarakan maksud kata-katamu itu".
Bajing, Musang Luwak dan Garangan tersenyum simpul, terdengar lirih "Haish, haish, Pret-Kampret !!!".
"Uhuk-uhuk, uhuk-uhuk" terlihat tangan Kampret mencoba meraih sesuatu, Bajing pun dengan cepat memberikan gelas bambu ke tangan Kampret. Kemudian Kampret meminumnya.
"Tuh, rasain. Betulkan kata Lajaluka", ujar Bajing mengingatkan. Sedang yang lain tertawa. Dan terdengar lirih suara kampret "aduh, aduh".
Terlihat Kancil membawakan minuman jahe hangat dan membagikannya kepada lima sahabatnya ini. Kemudian duduk merapat, Sambil memijat Kampret "Opo ae toh Pret-Kampret, mbok pelan-pelan makannya. Nanti mau pulang, yang ada di meja ini buat kamu semua deh" ujarnya.
"Ngawur, kamu pikir aku gragas (pemakan segala, apa-apa doyan), diawur saja kalau ngomong" gumam Kampret dengan bibir senyum-senyum.
Kancil dan beberapa sahabatnya tertawa terpingkal-pingkal mendengar ucapan Kampret.
"Gimana-gimana Cil, hal apa yang ingin kau rencanakan dengan mengundang kita semua ini ?" ujar Bajing, memperjelas maksud dan tujuan Kancil mengundang para sahabatnya ini.Â
Kancil mulai menjelaskan duduk permasalah terlebih dahulu, agar kiranya mereka mengerti maksud yang akan diutarakan.
Kancil melihat sepertinya Uwa-Uwa sudah saatnya dipertemukan dengan si Owa jawa. Kita sudah banyak mengetahui, mungkin ini akan terasa berat. Mengingat trauma mendalam yang dialami Owa jawa harus kehilangan anak semata wayangnya akibat perang yang terjadi saat masih melanda wilayah pesisir pantai.