Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli Kasar

Sedang menjalin hubungan baik dengan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Geng Rimba Raya (5) Pasukan Bala Bantuan

8 November 2021   08:38 Diperbarui: 8 November 2021   08:39 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumlah yang tak seimbang, membuat wilayah timur semakin mengenaskan. Para domba dan sapi harus berkali-kali menjadi santapan pasukan Citah. Sedangkan kambing dan kerbau masih mampu melakukan beberapa perlawanan.

Jumlah Garangan yang tak sebanyak kambing, domba, kerbau dan sapi. Membuat mereka pontang-panting saling membantu. Kurangnya pengalaman dalam berperang, membuat beberapa kelompok garangan terpencar terpisah-pisah, dan sebagian dari mereka ada yang bersembunyi, sambil menunggu kesempatan untuk menaklukan satu persatu pasukan Citah.

***

Tak berapa lama, Kampret telah sampai di wilayah barat. Menyampaikan pesan dari Kancil, agar Bajing segera menyusul dengan membawa beberapa pasukan Gajah dan Badak kearah alun-alun.

Kampret pun menceritakan keadaan saat ini. Terjadi keos di mana-mana. Wilayah utara dan wilayah timur takluk di bawah kekuasaan panglima Harimau dan panglima Citah. 

Dan tak hanya itu saja. Raja Singa dan beberapa panglima tersisa, akan segera menyusul untuk menaklukan wilayah barat dan wilayah selatan.

Mendengar cerita itu membuat Bajing tersulut. Semangatnya berapi-api, sudah lama rasanya tak mengasah taring dan cakarnya untuk membinasakan para panglima negeri belantara tandus.

***

Dengan gerakan yang lincah, tiba-tiba Kekes datang. Mendekati ayahnya. Kekes bertanya pada ayahnya, kapan paman Tupai akan datang. Bajing pun menjawab, tunggu sebentar, seharusnya paman Tupai sudah tiba. Entah kenapa tak seperti biasanya paman Tupai datang terlambat.

Sambil menunggu kedatangan paman Tupai, Bajing meminta kepada Kekes untuk memanggil Bledug teman mainnya. Kekes pun dengan cepat memanggil Bledug yang kebetulan belum beranjak jauh dari tempat Kekes.

"Hai Bledug, tunggu, jangan pulang dulu kembali kesini!" sapa Kekes kepada Bledug yang sedang berjalan santai kemudian berhenti tiba-tiba.

Kekes mendekat dan menyampaikan pesan, bahwa ayahku memanggilmu. Tak lama mereka berdua bergegas menghadap Bajing.

Melihat kedatangan Bledug dan Kekes anaknya, Bajing beranjak dari tempat duduk kemudian bergegas menghampiri Bledug. Sambil membelai belalainya, Bajing berpesan untuk segera menyampaikan surat ini kepada Gajah ayahnya.

***

Dari arah timur tiba-tiba terdengar suara kresek-kresek, seekor Tupai datang dengan membawa kenari dan pisang. Membuat kaget binatang sekitar. Kampret geleng-geleng. Bledug dan Kekes tersenyum bahagia.

Bajing dengan sewot mendekati Tupai. Menyapanya, bagaimana bisa keadaan genting seperti ini masih memikirkan makanan.

Tupai membalas, apa yang dia bawa adalah untuk keponakannya Kekes dan Bledug. Tak lama kemudian Kekes dan Bledug mendekat, menghampiri paman Tupai. Menerima kenari dan pisang yang dibawa paman Tupai.

Setelah menerima pisang pemberian paman Tupai, Bleduh bergegas pamit pulang menyampaikan pesan surat dari Bajing untuk gajah ayahnya. Kekes pun turut serta menemani Bledug.

***

Kini tinggal mereka bertiga Kampret, Bajing dan Tupai. Tupai mulai bercerita keterlambatannya datang, karena saat perjalanan menuju barat dia menjumpai Rase anak dari Garangan. Tupai menyapa, bagaimana bisa Rase sendirian. Rase menjawab, bila ayahnya membutuhkan bala bantuan, keadaan ayah dan para gerilyawan wilayah timur sekarang dalam keadaan tak berdaya.

Mereka bersembunyi di balik batu, di lorong galian tanah, dan hanya mampu melawan jika pasukan Citah lengah.

Rase berusaha pergi ke arah selatan untuk menjumpai Kancil dan menyampaikan, betapa kami membutuhkan kehadirannya. Bertubi-tubi kami mendapatkan serangan. Populasi Domba dan Sapi terus berkurang. Kami melihat pembantaian di mana-mana.

Bahkan, beberapa pasukan Garangan ada yang mengalami penangkapan dan kami tak tahu kemana mereka pasukan citah membawanya.

Melihat wajah Rase yang begitu ketakutan, Tupai mendekat dan memeluknya erat-erat. Sambil menenangkan emosinya, Tupai mengelus dada Rase dan bergumam, "Pergilah keselatan sesegera mungkin, temukan Kancil dan ajaklah mereka untuk melakukan perlawanan".

Kemudian Rase pun bergegas, berlari cepat, menghilang menuju arah selatan.

***

Mendengar cerita dari Tupai, keadaan wilayah timur lebih mengenaskan. Bajing memutuskan untuk mendahulukan wilayah timur untuk diselamatkan. Bajing berjalan mendekati Kampret, Tupai pun turut mendengarkan.

"Segera temui Kancil, agar mempercepat perjalanan menuju alun-alun. Aku dan pasukanku akan segera menyusul. Ada yang ingin kusampaikan padanya tentang perubahan rencana. Aku mengandalkanmu Kampret" gumam Bajing sambil mengelus pundaknya. Tanpa membuang waktu, kampret pun terbang dan bergegas menemui Kancil.

Dengan membalikkan badan, menghadap ke Tupai, Bajing mendekat dan berpesan "Aku menitipkan Kekes dan Bledug padamu. Latihlah mereka cara bertempur. Karena hanya dirimu yang bisa kuandalkan untuk menghadapi situasi seperti ini." Tupai pun manggut-manggut dan tak terasa tangan Bajing dan Tupai memegang pundak, saling menguatkan tekad.

***

Suasana tenang di wilayah barat seketika berubah. Burung-burung di sekitarnya beterbangan, suara gemuruh di berbagai sisi. Dilihatnya dari arah belakang, anaknya Kekes berdiri di punggung jenderal Gajah, diikuti dengan jenderal Badak. 

Mereka datang dengan puluhan pasukan. Senyum bahagia terlihat di wajah Bajing. Berharap kekompakan ini akan membawa kemenangan di pihak rimba raya.

Setelah mereka berkumpul di hadapan Bajing. Kekes turun dari punggung jenderal gajah, mendekati ayahnya. Bajing memeluk Kekes erat-erat, kemudian mengantarkan kearah Tupai. Tak lama, kemudian Bledug pun turut mendekat, belalainya membelai Paman Tupai.

Spontan Bajing menyeru dengan suara lantang. "Sudah saatnya melakukan perlawanan. Kita semua tak bisa berpangku tangan melihat saudara-saudara di wilayah timur dan wilayah utara dalam penjajahan negeri belantara tandus. Kita tunjukan kepada mereka, bahwa kita pun memiliki kekuatan dan strategi. Ayooo, kini saatnya kita tunjukan kepada mereka, siapa kita sebenarnya"

Serentak terdengar suara kaki gajah dan badak melakukan hentakan ketanah sebagai tanda kesiapan dan kekompakan.

"BERANGKAAATTT", teriak Bajing memberi aba-aba, sembari loncat dan berdiri di punggung Jenderal Gajah.

Suara menggelegar langkah kaki para pasukan yang dipimpin Bajing menggema dari wilayah barat menuju alun-alun rimba raya. Membuat burung-burung beterbangan mengiringi keberangkatan pasukan gajah dan pasukan badak.

Tupai, Kekes dan Bledug pun bersorak tiada henti dengan penuh semangat, melepas kepergian pasukan-pasukan tempur itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun