Sahabatku yang satu ini memang seng ada lawan bila soal pekerjaan. Tenaganya bagaikan seribu kuda, mirip dengan sponsor mobil berlogo kuda jingkrak.
Bila Si Bos dalam kebuntuan, tinggal calling namanya yang tersimpan di buku kontak. Niscaya, masalah 75 persen, berees.
Dia pemikir kelas kakap, kecepatan pikirnya mampu mengalahkan kecepatan roket yang diluncurkan oleh Elon Muks yang terkenal dengan SpaceX-nya.
Tapi sayang, semua keistimewaannya itu, gugur rontok seperti pohon yang dilanda musim kemarau berkepanjangan. Bila mendengar istilah JOMBLO.
Tenaganya yang bagaikan kuda jingkrak berubah melambat seperti tenaga Gary, hewan peliharaan sponge box.
Nomor kontak di aplikasi whatsapp-nya hanya nama-nama yang ada di keanggotaan komunitas PIRLO (Persatuan Ikatan Para Jomblo).
Dan kecepatan pikirannya yang konon mampu mengalahkan kecepatan roket SpaceX, tiba-tiba berkurang drastis seperti kecepatan intel generasi pertama, Pentium 1.
Dialah sahabatku yang bernama Paijo.
Sakit hati sudah dia lupakan, tidak untuk dikenang. Kehadiran seorang wanita pernah ada ketika masa kuliah. Namun dia tak pernah serius. Belajar, adalah moto numero uno baginya. Lupakan, saja cerita yang ini.
Kemudian, cerita wanita istimewa yang pernah singgah mewarnai hari-harinya kala dia pertama bekerja pada Divisi Garda, kini kandas. Terkendala restu orang tua pihak wanita. Karena hanya memberikan kartu member masuk dalam jajaran keluarga. Jika seorang lelaki itu, yang ketika masa tua, dinaungi bendahara negara.
Lalu, wanita istimewa ketiga yang kini singgah di hati Paijo, adalah seorang wanita yang memiliki bakat setara dengannya. Untuk mendapatkan hatinya, Paijo tak perlu dengan jurus semar mesem, atau pun dengan penampilan yang di poles melalui ketok magic
Cukup dengan karismanya yang tersohor dari kalangan petinggi perusahaan. Wanita berpangkat Bos di salah satu Divisi perusahaan kami ini langsung kelepek-kelepek bersandar pada pundak Paijo.