Kemudian Tarjo datang menjenguk kami bertiga, "Sudah Po'o rek. Berhenti merokok. Buat kesehatan kalian sendiri, asapnya sampai pekat gini" gumam Tarjo, melanjutkan "Enak seperti aku, semenjak berhenti merokok, bernapas jadi lega."
Aku dan Paijo senyum-senyum sambil mematikan rokok.
Marjo lalu membalas kata-kata Tarjo, "Jangan gitu Tar. Kalau mau berhenti merokok, nggak usah mengumbar tentang kesehatan. Kamu taukan, nikotin dan farmasi nggak bisa berteman akrab. Sudahlah, kalau memang berhenti merokok, nggak usah pakai alasan," melanjutkan "Biar suatu hari nanti, pas kembali merokok juga tanpa alasan. Nggak saling klaim dan nggak malu-maluin. Buntutnya panjang loh, kalau mau bahas ini. Toh Paijo sama si Sam menghormati kita. Tuh liat rokoknya dimatikan"
Tarjo manggut-manggut mendengar penjelasan Marjo yang bijaksana ini.
"Eh Jo, kamu mau ta berhenti merokok, beneran ini, serius aku...? Tanya Tarjo dengan wajah serius.
"Yo jelas loh, pingin juga aku berhenti merokok" jawab Paijo meladeni keseriusan Tarjo.
"Lihat belakang bungkus rokokmu?" pinta Tarjo.
Paijo pun menuruti, dan menjawab "Terus..."
"Baca tuh baik-baik. Layanan Berhenti Merokok... Bla...bla...bla..." jawab Tarjo.
"Ngowoos, kena lagi aku rek, rek" gumam Paijo senyum-senyum sambil memegang kepala.
Marjo dan aku hanya bisa terbahak-bahak, melihat kelakuan mereka berdua.
"Wis, wis. Makaryo, makaryo. Ayo kerja lagi, cari duwit" gumam Paijo.
Kami pun beranjak dengan senyum dan hati gembira, melepas penat walaupun sejenak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H