Masih teringat jelas ketika saat-saat dimana aku menginjakkan kaki pertama di kota malang pada tahun dua ribu empat. Perjalanan dengan bus dari Madiun turun Jombang. Dari jombang lanjut menuju terminal Landungsari dengan bus puspa indah. Kemudian naik angkot dengan kode line AL turun Sumbersari perempatan Brawijaya.
Tak lama langsung menuju kampus di jalan bendungan sigura-gura ITN, aku pun langsung masuk barisan untuk mengikuti serangkaian pengumuman kegiatan untuk ospek kampus . Di sini, awal di mulai drama pertemuan dua sahabat karibku sebelum mengenal Mas Paijo.
Setelah serangkaian pengumuman, sore itu aku duduk-dudukan di teras Masjid Muhajirin yang lokasinya tak jauh dari kampus. Tak ada yang kukenal dan tempat teduh membaringkan badan untuk kutuju. Karena aku sendiri asing dengan kota ini.
Hingga pada malam tiba, masih dengan keadaan duduk termenung di teras masjid, sosok lelaki gemuk dari Nganjuk dan yang kurus dari Blitar menghampiri. Memperkenalkan diri dan menanyakan nama, asal dan tujuan hidup.
Setelah kuutarakan bak cerita nabi-nabi, mereka menampungku untuk sementara tinggal bersama.Â
Berjalannya waktu hingga ospek usai, aku tak ingin berlama-lama untuk tinggal gratisan. Mereka berdua sangat berjasa dalam perjalananku, hingga siap menerima dengan tangan terbuka bila ingin lanjut kos bersama.
Akan tetapi aku memutuskan untuk tidak meneruskan tinggal bersama, itu karena ongkos biaya kos yang relatif tinggi menurut anak kuliah seukuran ku. Tak ada raut wajah kecewa dari mereka berdua dengan keputusanku ini. Lalu Aku pun mengutarakan bahwasanya aku hanya mampu dengan ongkos bulanan sebesar ini.
Entah kenapa saat aku sebut nominal ongkos bulanan, mereka berdua sebut saja yang dari Nganjuk bernama Mas Bagus, dan yang dari Blitar bernama Mas Pri, terheran. Mereka berdua pun bergegas, dan dengan seperti terburu-buru, mengajak ku ke suatu tempat.
Berjalan melewati lokasi kampus hingga perempatan Brawijaya. Kemudian menyusuri pinggir jalan umum yang tanpa trotoar hingga menuju pada lorong gang sangat kecil tempat pemukiman warga di Sumbersari, sampailah pada rumah kecil yang hanya berukuran kira-kira empat meter kali sebelas meter.
—000—
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H