Mohon tunggu...
Heno Bharata
Heno Bharata Mohon Tunggu... -

Berusaha Hidup Sebaik Mungkin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Referendum Skotlandia dan Nasib El Classico Barca vs Madrid?

13 September 2014   18:23 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:48 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Rakyat Skotlandia dalam waktu dekat akan memberikan suaranya dalam sebuah referendum atau jajak pendapat, guna memutuskan apakah tetap melanggengkan penggabungan Skotlandia dengan Inggris yang sudah berlangsung 307 tahun, atau saatnya merdeka dan menjadi negara sendiri.

Tentu akan ada efek-efek ekonomi bila rakyat Skotlandia memutuskan untuk "pisah rumah" tersebut. Walau sebenarnya agak lucu juga kalau mereka ingin pisah. Sebab, yang menggabungkan Skotlandia sendiri adalah raja Skotlandia, yang kemudian memilih berkedudukan di London, Inggris.

Di Kanada, beberapa tahun silam, referendum juga digelar referendum yang sama, di mana sebagian politisi dan rakyat Quebec yang berbahasa Perancis ingin memisahkan diri dengan pemerintahan yang didominasi kaum berbahasa Inggris.

Anda kenal Celline Dion? Nah, artis yang menyanyikan lagu untuk soundtrack film Titanic ini adalah warga Kanada berbahasa Perancis (tapi dia bisa bahasa Inggris juga sih). Kita tak pernah tahu apa pilihan Celline Dion ketika referendum itu digelar.

Namun yang pasti, kaum yang ngotot memisahkan diri dari Kanada dan membentuk negara Quebec meredeka kala itu kalah. Mereka harus gigit jari. Sebab, berdasarkan konstitusi, dibutuhkan waktu setidaknya 50 tahun lagi untuk mengadakan referendum sejenis.

Nah, yang kepal denyat-denyut dari referendum ini tidak hanya orang-orang penguasa di London, melainkan juga Belgia dan Spanyol. Untuk Belgia, kita tahu kalau dari dulu negara itu seperti air dan minyak yang "dipaksakan" untuk bersatu, terutama antara masyarakat yang berbahasa Perancis dengan penduduk berbahasa induk Belanda.

Di Belgia, ketimpangan pembangunan antar daerah yang berbasis bahasa Belanda sangat rendah dibanding berbahasa Perancis. Bahkan, seakan orang yang berbahasa Perancis di Belgia dinilai lebih aristokrat dibanding yang menggunakan bahasa Belanda. Ini tentu bentuk diskriminasi baru.

Saya sih enggak pernah ke nagara-negara yang saya sebutkan itu, hanya cari-cari informasi di sana-sini. Tapi enggak apa-apa kan kalau dibuat sepintas tulisan mengenai perkembangan negara-negara di Eropa ini.

Nah, lalu bagaimana dengan Spanyol? Kita tahu kalau negara berbentuk kerajaan ini dikuasai 3 sukubangsa besar yakni Castilla (Madrid CS), Basque (kalau enggak salah daerah Bilbao), serta Catalan (wilayah Barcelona).

Berkali-kali Spanyol diguncang pemberontakan separatis. Di zaman rezim totaliter Jenderal Franco hingga tahun 1970-an yang berasal dari Castila, gerakan separatis ETA dihantam sangat keras. Hal itu berlangsung hingga kini, walau sekarang pakai sistem perundingan dan tawaran pemberian otonomi yang lebih luas.

Namun, api kemerdekaan tak kunjung lenyap dari wilayah Basque dan Catalan tersebut. Mereka ingin benar-benar terpisah dari kaum Castilla. Ini sungguh merepotkan, dan akan sangat merepotkan, terutama bagi para pendukung Barcelona FC dan Real Madrid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun