[caption id="attachment_329403" align="aligncenter" width="480" caption="Rafii Ahmad - Sagita Navilla Berpelukkan"][/caption]
Sebuah stasiun televisi yang ada di Jakarta dan lalu mengklaim sebagai salahsatu stasiun teve nasional menyiarkan berbagai kegiatan soal persiapan pernikahan artis yang katanya masih sepupuan, Rafii Ahmad - Sagita Navilla. Kalau di dalam kultur Batak Toba, mungkin si Raffi Ahmad ini sedang menjadikan dari sebagai pariban (boru Tulangn/paman) menjadi istrinya.
Tak ada yang salah dari hal itu. Namun, akan menjadi lain ceritanya kalau persiapan pernikahan bahkan katanya ada siaran langsung pernikahan Rafii Ahmad - Sagita Navilla, ditayangkan berjam-jam secara langsung. Seperti Kamis (16/10/2014), stasiun teve itu di pagi hari sudah menayangkan persiapan pernikahan Rafii Ahmad - Sagita Navilla dengan presenter berpakaian tuksedo (untuk presenter pria) dan pakaian ala istana Eropa bagi presenter perempuan.
Saat kamera mengarahkan ke calon pengantin perempuan, alamakkkk, ternyata dia hanya pakai baju terusan di atas letusan tanpa telrihat ada rok atau celana panjang yang dipakai. Si calon perempuan masih melilitkan handuk untuk mengikat rambut kepalanya. Tampak seperti baru habis mandi. Rupanya si calon pengantin hendak dirias oleh jururias.
Layakkah kegiatan ini menjadi siaran langsung di sebuah stasiun teve yang bersiaran di saluran milik publik (walau mereka telah membayar ke negara)? Saya tak tahu, saya tak mau menghakimi, tapi saya juga sulit untuk membenarkan atau mendukung siaran langsung acara ini.
Tapi mungkin ini yang disebut bisnis kapitalisme modern, termasuk di dunia pertelevisian, yang kemudian berselingkuh dengan bisnis entertainment, sehingga menciptakan sebuah hiperreality berupa tayangan sejenis reality show, yang dianggap (sepihak oleh pihak teve dan bisnis entertainment) sebagai hal yang ditunggu-tunggu publik.
Saya tak menyalahkan pasangan muda Rafii Ahmad - Sagita Navilla. Khususnya bagi Rafii Ahmad, mungkin ini berkah bagi kantongnya pribadi. Sebab, siapa tahu, dalam tayangan langsung ini dia dan calon istrinya justryu dibayar, sehingga bila benar, maka bisa dibilang mereka tidak keluar modal sepeser pun untuk pernikahan mereka.
Ada artis lain yang pernah mengalami hal ini, yakni Anang Hermansjah dan istrinya Ashanty, yang konon enggak keluar duit sepeser pun dalam pernikahan mereka karena sudah dibayar oleh sponsor. Bagi si artis yang mau menikah dan disiarkan langsung acara pernikahannya, ini tentu bak ketiban rezeki yang berlimpah.
Bagi stasiun teve dan bisnis entertainmen, perselingkuhan yang melahirkan tayangan hiperreality ini tentu juga akan menghasilkan uang berlimpah dari sponsor/iklan, plus brand sebagai pihak yang mapu mengorbitkan atau menentukkan nasib artis dan image positif lainnya yang diharapkan muncul.
Namun bagi publik, saya tak tahu apakah publik sama senangnya dengan yang dialami pasangan artis yang mau menikah dan pihak sponsor siaran langsung tersebut. Apakah publik mau merelakan diri mereka menonton tayangan itu lalu menangis termehek-mehek, atau tertawa bahagia, atau maki-maki segala. Tak ada yang tahu.
Namun bagi mereka yang termehek-mehek menonton acara teve itu, terutama masyarakat yang sedang mengalami kesusahan hidup, tentu tayangan langsung itu bisa jadi obat pelipur lara atas pahitnya hidup mereka. Lalu KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) di mana? Entah di mana mereka, saya enggak tahu, publik pun tak tahu, sementara pasangan Rafii Ahmad - Sagita Navilla cuek-cuek saja. Wes ewes ewes, babalas angineee.