Mohon tunggu...
henny puspitarini
henny puspitarini Mohon Tunggu... -

ibu rumah tangga suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ayo Berhutang!

2 Oktober 2014   07:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:42 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hutang itu kehinaan siang, kegelisahan malam. Ya, iya lah! Punya hutang itu seperti diuber-uber setan. Kemana-mana selalu membuntuti. Tak mau hilang kalau belum dibayar! Tersiksa rasanya. Makanya kalau kata bapak saya,”Mending nggak usah hutang!” Tapi, kalau kata ibu,”Nggak hutang nggak bakal punya apa-apa!”

Manakah yang benar? Ya, namanya hidup kan semakin kompleks saja. Terkadang, ada saja yang menjadi kebutuhan utama malah tidak bisa tercukupi dengan kondisi keuangan yang ada. Akhirnya hutang menjadi andalannya. Tak masalah, asalkan memang kebutuhan, bukan iming-iming keinginan belaka. Beda lho ya! Misalkan hutang untuk beli televisi yang lebih besar ukurannya padahal di rumah masih ada yang lama dibandingkan dengan hutang untuk membeli freezer besar untuk mengembangkan usaha frozen food.

Boleh kok berhutang itu, asal memang untuk produktivitas lebih tinggi. Kalau sifatnya hanya konsumtif, lebih baik ditahan. Para perempuan nih yang biasanya suka banget hutang, tahu-tahu tagihannya membengkak. Suami kelimpungan. Sekali lagi memang perlu ditelusuri, apakah berhutang untuk kebutuhan atau keinginan?

Berhutang itu halal, asal memang bisa digunakan sebagai investasi atau aset hidup. Hutang untuk membeli rumah misalkan. Sah-sah saja. Apalagi zaman sekarang, kalau nunggu punya uang banyak untuk beli rumah, tak bakalan bisa kecapaian. Hutang justru akan mempermudahnya.

Tak ada larangan berhutang, asal di tempat yang benar. Jangan malah seperti lingkaran setan. Hutang untuk menutup hutang karena terjerat rentenir jahat. Cerdas memilih tempat berhutang juga terkait bagaimana rasa aman tercipta manakala berhutang. Tak nyaman rasanya jika tiap hari didatangi rentenir. Pakai gebrak pintu rumah lagi! Seramnya!

Melakukan pencatatan teratur segala pengeluaran memang harus dilakukan sehingga tahu dimana posisi keuangan. Jika masih ada kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi sedang posisi keuangan kurang, maka berhutang dipersilakan. Konsultan keuangan, Rina Dewi Lina berkata bahwa hutang konsumtif jangan sampai melebihi 15% dari penghasilan. Hutang keseluruhan jangan sampai melewati batas 40% dari penghasilan. Nah, sering kali para perempuan sebagai ratu rumah tangga tak mengerti hal ini. Edukasi masalah perencanaan keuangan perlu dijalani, termasuk masalah hutang.

Hutang aman selama dalam batas kemampuan. Hutang dipersilakan selama tak menjerat keuangan.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun