Tinggal di perumahan, sebagian besar orang memang menginginkannya. Alasan keamanan karena ada satpam dan lebih tenang setiap harinya karena banyaknya rumah yang tidak terlalu padat. Apalagi jika tinggal di kota besar, perumahan kini makin banyak dibangun. Menandakan minat orang membeli rumah di perumahan cukup besar.
Namun, hati-hati! Jangan beli rumah di perumahan jika pada akhirnya malah menjauhkan diri dari masyarakat luar terutama yang terdekat. Kasus ini banyak terjadi. Apalagi yang tinggal di perumahan dengan sistem cluster kecil, sering kali malah tak kenal dengan tetangganya yang di luar perumahan. Meskipun status RT masih nebeng dengan kampung di luar, namun tak tampak interaksi antara warga perumahan dengan warga kampung terdekatnya. Padahal urus KTP dan KK juga sama Pak RT.
Suer, jangan beli rumah di perumahan, jika pada akhirnya sesama tetangga samping rumah saja tidak kenal. Saking tertutupnya pintu setiap hari atau tak pernah bertegur sapa. Bahkan, ada yang lebih parah lagi nih, menganggap satpam tidak penting keberadaannya sehingga malas membayar iuran bulanan untuk keamanan. Merasa bisa mengamankan rumah sendiri dengan kunci gembok besar. Walah!
Dan, sekali lagi, jangan beli rumah di perumahan ya! Jika faktanya niatnya untuk “jor-jor-an”. Istilahnya hanya ingin pasang status mampu. Pernah dengar nih ya, seorang teman bercerita ketika bertanya kepada tetangganya,”Anaknya mau sekolah dimana?” Sang tetangga berkata,”Di sekolah x sana lho. Sama kayak anaknya si Y. Saya juga mampu kok nyekolahin anak di sana. Gengsi dong di sekolah yang lebih murah!” Nah lho?
Mau beli rumah di perumahan? Tetap gaul dong! Dan tak perlu pasang gengsi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H