Hari Sabtu kemarin mestinya kami bertemu penyewa baru di kota ibu mertua (alm) tinggal. Tepat sebelum meninggalkan rumah, ada pesan masuk di ponsel suami. Ternyata penyewa baru tidak bisa datang karena positif covid. Bersyukur, kami belum berada di perjalanan yang akan memakan waktu sekitar 2 jam.Â
Dua minggu lalu, saat bel pintu berbunyi dan saya buka, Fritz (nama samaran), tetangga sebelah berdiri di depan pintu. Beliau menanyakan apakah masih punya persediaan tes swab di rumah. Kami berusaha selalu menyediakannya, untuk berjaga-jaga jika diperlukan.
Kebetulan waktu itu hari Minggu. Di Jerman, setiap hari Minggu dan hari libur nasional, semua toko, apotek, dan supermarket tutup. Fritz tidak mungkin ke apotek atau toko untuk membeli alat tes itu. Menurut Fritz, istrinya menunjukkan gejala flu yang agak serius.
Di Jerman, memang ada imbauan untuk melakukan tes swab sendiri jika mengalami gejala flu. Semua dilakukan dengan sukarela. Kesadaran masing-masing diharapkan demi kesehatan diri dan orang-orang di sekitarnya.
Winter adalah musim influenzaÂ
Ketika temperatur udara turun, banyak warga yang mulai mengalami gangguan kesehatan. Sebagian mengalami selesma atau pilek (Erkaeltung), sementara sebagian lagi mengalami flu atau influenza (Grippe).
Selesma dan influenza sering memiliki gejala yang serupa. Akan tetapi, kedua gangguan pernapasan ini disebabkan oleh virus yang berbeda.Â
Penderita influenza biasanya sakit lebih lama, tubuh lebih lemah, dan bisa terbaring sekitar 5 sampai 10 hariÂ
Sumber pertama wabah influenza tercatat berasal dari abad ke-12. Akan tetapi, pada tahun 1918 merupakan epidemi flu yang paling parah dan menyebar cepat ke seluruh dunia dan merenggut banyak korban jiwa.Â
Musim dingin identik dengan gelombang Grippe atau influenza. Diketahui, virus influenza dapat bertahan lebih baik pada cuaca musim dingin dengan udara yang kering.Â