Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Abtrittanbieter, Penyedia Toilet Umum Keliling Abad Pertengahan

19 November 2023   15:20 Diperbarui: 20 November 2023   11:36 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa pun dan apa pun jabatannya, kalau sudah ada panggilan untuk ke kamar kecil tidak ada yang bisa menolaknya. 

Saat ini, kita dimudahkan dengan banyaknya toilet umum yang tersedia di mana-mana. Kapan saja kita membutuhkan, toilet umum gampang dicari. Ada pengecualian jika pergi ke gunung, hutan, dan tempat-tempat yang masih terbatas fasilitas umumnya.

Toilet umum semakin gampang dicari sekarang ini dengan memanfaatkan aplikasi toilet yang banyak ditawarkan. Penting sekali app seperti ini jika kita sedang berada di satu tempat yang belum dikenal. 

Sejak zaman Romawi kuno masyarakat telah mengenal toilet umum. Hanya saja, bentuknya berbeda pada zaman dahulu dan sekarang. Pada Zaman Antik atau pada masa Kekaisaran Romawi, mereka sudah memiliki sistem pembuangan limbah yang relatif baik, pemandian, dan toilet umum. Waktu itu, fasilitas umum seperti ini merupakan standar di kota-kota Romawi.  

Latrina di masa Kekaisaran Romawi 

Latrina, begitu istilah toilet umum masa itu, berasal dari kata Lavatrina (dari bahasa Latin) yang artinya adalah jamban atau toilet. 

Toilet umum ini terbuat dari batu yang memanjang menyerupai tempat duduk panjang yang berlubang, biasanya terdapat 10 sampai 20 lubang. Di bawah lubang-lubang itu terdapat pipa drainase yang mengalir ke tangki septik atau selokan. 

Jangan dibayangkan seperti toilet masa kini yang berada di dalam kabin. Pada masa itu latrina dibuat tanpa sekat. Jadi, siapa pun yang sedang berada di sana bisa saling melihat siapa saja yang sedang menuntaskan hajatnya. Bahkan tempat ini dijadikan area untuk mengobrol dan membicarakan bisnis. 

Konon, latrina terpisah antara pria dan wanita hanya ada di area pemandian umum yang memang dibuat terpisah. Pengunjung toilet umum terpisah ini harus membayar biaya untuk masuk ke tempat ini, tetapi tarifnya cukup murah. 

 

Latrina di masa Romawi kuno | foto: commons.wikimedia/ AlMare
Latrina di masa Romawi kuno | foto: commons.wikimedia/ AlMare

Abad Kegelapan - Abad Pertengahan 

Abad Pertengahan dimulai tahun 500, setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi barat. Masa ini berlangsung hingga tahun 1500. Zaman ini sering dianggap sebagai "abad kegelapan." Masa yang ditandai dengan migrasi penduduk setelah kejatuhan Kekaisaran Romawi, perang, penindasan, kemunduran pendidikan, percaya pada takhayul, dan wabah Maut Hitam (Black Death).

Akan tetapi, pada masa yang sama, Abad Pertengahan menampilkan sisi menariknya. Banyak bangunan Kastel, gereja, lingkungan dan tata kota yang indah dan memiliki ciri khas lanskap kota Abad Pertengahan yang sebagian masih bisa dilihat hingga sekarang.

Ternyata, kejatuhan Kekaisaran Romawi ikut menyapu kebiasaan mereka dalam urusan buang air. Toilet umum yang sudah ada pada masa itu tidak lagi berkembang, bahkan rusak dan ditinggalkan. 

Ilustrasi foto: pinterest Penyedia toilet umum keliling abad pertengahan | foto: Pinterest/ Tagesspiegel.de
Ilustrasi foto: pinterest Penyedia toilet umum keliling abad pertengahan | foto: Pinterest/ Tagesspiegel.de

Abtrittanbieter

Pada Abad Pertengahan toilet umum tidak lagi tersedia di kota-kota. Orang yang sedang bepergian dan berada di luar rumah kesulitan mencari toilet. Masyarakat kelas bawah yang harus berjuang untuk bertahan hidup memanfaatkan situasi ini. Mereka melakukan pekerjaan sebagai penyedia jasa toilet keliling. Abtrittanbieter begitu sebutannya dalam bahasa Jerman. 

Pekerjaan sebagai Abtrittanbieter ini tidak hanya dilakukan pria, tetapi juga oleh wanita. Mereka bekerja dengan membawa dua ember yang terbuat dari kayu dengan tutupnya. Dua ember ini dikaitkan pada rantai, kemudian digantungkan pada kedua ujung sepotong kayu, lalu dipikul di pundak oleh penyedia toilet. 

Menjadi penyedia toilet umum keliling bukanlah pekerjaan yang disukai siapa pun. Kemiskinan membuat masyarakat rela melakukan pekerjaan apa saja, bahkan pekerjaan yang dianggap menjijikkan. 

Saat bekerja, Abtrittanbieter menggunakan topeng untuk menutupi wajah mereka agar tidak dikenali. Mereka juga menggunakan jubah lebar, panjang, dan tebal sebagai pakaian kerja. Jubah ini akan dibentangkan untuk menutupi pelanggan yang menggunakan toilet. Pelanggan mereka akan nyaman buang air tanpa terlihat oleh orang lain.

  Pekerjaan penyedia toilet keliling akhirnya berakhir setelah toilet-toilet umum kembali dibuat dan tersedia di seluruh kota.

***

Hennie Triana Oberst
Germany, 19.11.2023
"Welt Toiletten Tag"

Rujukan: Planet-Wissen, Tagesspiegel

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun