Berada di Bali tanpa mengunjungi pura, rasanya kurang lengkap. Namun, kegiatan ini tidak saya lakukan selama anak masih kecil. Alasannya, pura merupakan tempat ibadah. Â Saya tidak mau sembarangan mengajak putri saya yang masih kecil, meskipun pura menjadi salah satu tujuan wisatawan.
Bagi saya, berwisata ke pura dengan anak kecil bisa cepat membuat mereka bosan dan tidak menikmati perjalanan. Selain itu, yang paling penting, ada kemungkinan anak akan mengganggu umat yang sedang beribadah.Â
Kali ini, ketika berkunjung kembali ke Bali, keadaan sudah berubah. Putri saya sudah remaja, begitu juga sepupunya yang ikut liburan bersama. Ketertarikan remaja akan tempat wisata juga mulai berubah
Saya bersama keluarga, kakak dan adik beserta keluarga mereka, serta dua orang ponakan. Pada liburan terakhir, kami lebih banyak menghabiskan waktu berkumpul di penginapan yang nyaman dan jauh dari keramaian. Menikmati suasana pantai dan bersantai di kolam renang tanpa terganggu tamu lainnya.Â
Pada liburan ini kami memutuskan untuk melakukan tur ke beberapa tempat. Keluarga besar memerlukan mobil besar. Sangat terbantu dengan aplikasi yang ada.
Menghindari monyet yang nakalÂ
Anak-anak antusias untuk mengunjungi pura yang lumayan besar. Kami tidak berencana mengunjungi Pura Besakih karena sudah pernah ke sana, dan kemungkinan sangat ramai wisatawan.
Sewaktu makan malam, kami bertanya kepada seorang pramusaji yang sepertinya banyak mengetahui tempat wisata. Pria yang ramah itu mengatakan, Pura Uluwatu sebetulnya sangat bagus. Pemandangan di sana juga luar biasa indah.
Hanya saja, dia tidak menyarankan kami ke sana. Menurutnya, monyet di sekitar Pura Uluwatu cukup nakal dan suka merampas barang-barang wisatawan.
Akhirnya, kami putuskan jalan-jalan ke Kintamani dan mampir ke Pura Ulun Danu Batur.Â
Pura Ulun Danu Batur
Selesai sarapan, kami menunggu jemputan di lobi hotel. Lantaran perjalanan ini bakal lama, kami harus berangkat relatif pagi. "Stres saat liburan," celetuk putri saya.