Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Membuat Jamu Kunyit Asam Kurma

14 Juni 2023   04:09 Diperbarui: 18 Juni 2023   02:45 1550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jamu di Jerman | foto: Pinterest/ JAMU_organicspices/ Jamu.de

Di masa kecil, saya suka sekali melihat tukang jamu gendong meramu minuman untuk pembelinya. 

Mereka menjajakan jamu dengan berjalan kaki, membawa bakul berisi botol-botol kaca yang digendong di belakang. Ibu penjual jamu biasanya mengenakan kebaya dan kain panjang. 

Seperti yang kita ketahui, Jamu berasal dari Jawa dan sudah dikenal sejak masa Jawa kuno. Begitu juga dengan jamu yang dijajakan dahulu di Medan. Jamu ini merupakan racikan dari orang Jawa, penjualnya juga dari etnis Jawa.  

Etnis Jawa di Medan sudah ada sejak masa Hindia Belanda. Dahulu mereka dipekerjakan oleh Belanda di perkebunan yang ada di wilayah Medan dan sekitarnya (dulu Sumatra Timur). 

Saat ini etnis Jawa merupakan suku terbanyak di Medan, melebihi jumlah suku Melayu dan Karo yang merupakan etnis asli di Medan.

Orang tua saya sering membeli jamu gendong. Ibu saya secara teratur mengonsumsi jamu kemasan dan sesekali minum jamu gendong.

Saya tidak pernah sekalipun punya keinginan untuk mencicipi jamu. Dalam pikiran saya, "rasa jamu pasti pahit" karena penjual jamu menuangkan cairan berwarna kecoklatan setelah jamu habis diminum pelanggan. "Mungkin itu gula?"

Sampai akhirnya, pada satu fase kehidupan, ibu "memaksa" saya untuk secara rutin mengonsumsi jamu. Beliau memang sangat menjunjung budaya Jawa, walaupun lahir di Medan. 

Ibu selalu menyediakan jamu untuk saya, yang katanya khusus untuk remaja. Meskipun berat, terpaksa saya ikuti juga. Jamu ternyata tidak pahit seperti yang saya bayangkan, hanya agak "aneh" rasanya, mungkin karena tidak terbiasa. 

Kebiasaan mengonsumsi jamu akhirnya berhenti dengan sendirinya setelah saya merantau ke Jakarta. Hingga, pada suatu sore di tempat kos, penjual jamu langganan tetangga sebelah kamar datang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun