Selasa lalu, saya mendapat kunjungan dari dua orang Kompasianer Jerman. Cerita lengkapnya akan saya tayangkan segera.Â
Sore itu, setelah pamit dan berjalan menuju mobil, Kompasianer Theresia Iin berpesan sesuatu. Katanya, nanti atau besok, coba dilihat tempe yang dia buat, jadi atau tidak.
Ya ampun, ternyata oleh-oleh yang banyak dibawanya masih ditambahi tempe buatannya. Entah kapan dia ditinggalkan tempe di atas meja. Luput dari perhatian saya. Danke schön, Iin.
Di Jerman, tempe sudah mulai banyak dikenal, meskipun belum seluas tofu. Kalau tofu sudah gampang ditemukan di supermarket umum, sedangkan tempe tidak begitu.
Jika ingin memasak tempe, harus pergi belanja ke supermarket Asia atau membuat sendiri. Tempeh starter atau ragi tempe biasanya dijual secara online, atau mungkin bisa didapat di supermarket Asia yang menjual produk Indonesia.
Kalau tinggal di Indonesia sepertinya tidak perlu repot-repot membuat sendiri tempe. Ada banyak warung, supermarket, dan lapak di pasar yang menawarkan tempe.Â
Saya tidak bisa dan belum pernah mencoba membuat tempe sendiri. Seingat saya, Theresia Iin pernah menulis dan menayangkan artikel di Kompasiana, bagaimana dia membuat tempe. Jujur, tempe homemade yang dibuat Iin ini rasanya sangat enak. Â
Tempe Makanan Sehat
Di Indonesia, tempe selain gampang didapatkan juga harganya relatif murah. Akan tetapi, tidak begitu dengan harga tempe di Jerman. Meskipun tidak mahal, tetapi harga tempe di sini sangat jauh berbeda dibandingkan dengan harga tempe di tanah air. Â
Tempe yang dijual banyak yang merupakan produk dari Belanda, tetapi sekarang sudah mulai banyak produk tempe buatan Jerman.Â