Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hati-hati, Aroma Masakan Bisa Mengusik Tetangga di Jerman

17 Oktober 2022   12:02 Diperbarui: 22 Oktober 2022   09:45 1513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tetangga, makan bersama tetangga. (sumber: SHUTTERSTOCK/FIT ZTUDIO via kompas.com)

"Teman bisa dipilih, tetapi tetangga tidak"

Tempat tinggal dengan lingkungan yang indah dan nyaman, tetapi hubungan buruk dengan tetangga akan membuat seseorang tidak betah berada di rumah..

Memiliki tetangga yang saling mengerti, tenggang rasa, dan menjaga kerukunan adalah dambaan semua orang. Terkadang hanya gara-gara hal sepele bisa memicu permusuhan.

Kultur satu bangsa bisa berbeda dari bangsa lainnya. Jika di Indonesia dianggap biasa saat ada tetangga yang tiba-tiba datang bertamu, tidak demikian di Jerman.

Di Jerman memang hampir tidak ada tetangga yang berkunjung tanpa janji dan mengajak ngobrol. Di sini orang sangat menghargai waktu dan berusaha menggunakannya dengan baik. Orang lain tidak ingin mengganggu kesibukan tetangganya.

Meskipun begitu, bukan tidak ada interaksi antar tetangga. Dengan tetangga yang hubungannya sangat akrab bisa saja ada tawaran spontan untuk singgah dan minum kopi, atau wine jika dilakukan malam hari. 

Artikel lain:

Menjaga Keharmonisan Bertetangga di Jerman, Menyelenggarakan Pesta Ada Aturannya

Memetik buah milik tetangga

Kami bersyukur memiliki tetangga yang bisa dikatakan sangat baik hubungannya. Jika ada hal yang penting untuk diberitahu, maka akan disampaikan dengan baik dan sering dengan berseloroh.

Namun begitu, kami tetap harus saling memperhatikan hak dan kewajiban sesuai hukum yang berlaku. 

Sebagai contoh,  soal tanaman dan hasil kebun. Hubungan kami dengan tetangga sebelah kanan rumah sangat baik, bisa dibilang hampir seperti keluarga sendiri. Mereka memiliki banyak pohon buah. Ada satu pohon ceri yang berbatasan dengan halaman belakang rumah kami.

Ceri biasanya berbuah pada akhir musim semi sampai awal musim panas. Masa panennya juga relatif singkat, sekitar 7 minggu saja. 

Ketika musim ceri tiba, tetangga kami mengatakan kami boleh mengambil ceri dari pohon. Mereka tahu kalau saya sangat suka buah ini. Biasanya saya ambil secukupnya dan hanya sekali atau dua kali saja.

Selebihnya saya selalu membeli di supermarket karena buah ini banyak dijual pada musimnya. Saya tidak akan mengambil buah ceri sembarangan jika tidak ditawari.

Di Jerman ada aturan mengenai hal ini. Pohon buah yang tumbuh menyeberang ke rumah tetangga tetap milik si pemilik pohon. Tetangga tidak boleh memetik buah tanpa izin, meskipun cabang pohon berada di tanah miliknya. 

Memetik buah milik orang lain berapapun jumlah tetap dianggap pencurian. Buah boleh diambil tetangga jika jatuh dengan sendirinya ke atas tanah milik tetangga itu. 

Ini berlaku juga untuk pemilik pohon. Mereka tidak boleh memetik buah yang cabangnya berada di area tetangga dengan memasuki halaman tetangga, kecuali mendapat izin. Hubungan yang baik dengan tetangga akan memudahkan hal ini.

Aroma makanan bisa mengusik tetangga 

Aroma masakan bisa mengusik kerukunan bertetangga di Jerman | foto: Hausjournal/ Iakov Filimonov---
Aroma masakan bisa mengusik kerukunan bertetangga di Jerman | foto: Hausjournal/ Iakov Filimonov---

Selera orang bisa berbeda-beda. Ada orang yang tidak suka satu makanan karena rasa dan ada juga karena aromanya.

Aroma satu masakan bisa dianggap harum oleh seseorang, tetapi sangat bau dan mengganggu bagi orang lain. Tanpa disengaja aroma makanan akan terhirup oleh tetangga.

Saya menyadari ini, ketika satu kali tetangga saya bertanya kami masak apa beberapa hari sebelumnya. Tetangga saya bilang mereka mencium aroma yang enak. Dia yakin itu datang dari  rumah kami karena aroma bumbu yang berbeda.

Sejak saya tinggal di Jerman, saya tidak pernah masak ikan asin dan terasi. Kebetulan saya hanya suka seadanya. Hal yang lebih saya pikirkan adalah bau yang ditinggalkan setelah memasak.

Aroma ikan asin dan terasi akan lama menempel di dalam rumah, terutama saat winter, walaupun di dapur ada alat penyedot asap.

Dikhawatirkan juga, saat memasak ikan asin atau terasi baunya akan terbang ke mana-mana dan tercium oleh tetangga.

Seseorang pernah bercerita, temannya harus rela pergi ke rumah kebunnya yang jaraknya jauh dan sepi dari tetangga, hanya untuk menggoreng ikan asin kesukaannya.

Aroma ikan asin masih sedikit ringan dibandingkan terasi. Seorang kenalan saya pernah bercerita, suatu waktu dia menggoreng terasi. Anaknya protes dan mengatakan rumah mereka bau bangkai. 

Sejak itu dia tidak pernah lagi masak terasi. Dia bilang, masih untung dia tinggal di rumah. Seandainya dia tinggal di apartemen bisa mendapat masalah. Kemungkinan terburuk jika dilaporkan ke polisi karena dianggap bau bangkai.

Sebenarnya, setiap orang berhak memasak makanan yang diinginkan di dalam rumah atau apartemen mereka selama aromanya tetap ada di dalam rumah.

Akan tetapi, ini cukup sulit bagi keluarga yang tinggal di apartemen karena bau makanan ini bisa menetap untuk waktu tertentu di lorong gedung dan menembus ke apartemen lainnya. 

Tinggal di apartemen yang didiami banyak orang harus lebih memperhatikan dan menjaga kenyamanan antar penghuni. Ada bau yang dapat ditoleransi oleh tetangga, tetapi ada juga yang dianggap sangat mengganggu.

Tetangga yang merasa terganggu dengan aroma masakan yang cukup menyengat dapat menegur langsung atau melaporkan pada pengelola gedung.

Komunikasi yang baik dengan tetangga dapat menghindari kesalahpahaman dan konflik yang berkepanjangan yang mungkin saja berujung di pengadilan. 

Perseteruan dengan tetangga akan membawa pengaruh buruk pada kesehatan dan membuat hidup tidak nyaman. Tidak ada seorang pun yang bisa hidup tanpa tetangga.

Tetangga adalah orang terdekat pengganti keluarga yang jauh. Mereka mungkin menjadi penolong saat kita membutuhkannya.

Hennie Triana Oberst
Germany, 17.10.2022
"Hidup Bertetangga"

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun