Ibu mana yang tidak ingin menyusui bayinya. Semua ibu, jika memungkinkan, pasti ingin memberikan makanan terbaik untuk anaknya, bahkan sejak mereka dalam kandungan.Â
Saat bekerja dulu, ada teman yang baru kembali dari cuti melahirkan kadang kerepotan karena air susu yang terkadang membasahi bagian dadanya. Ada juga yang bercerita harus menyimpan air susunya di freezer.
Siapa sangka, waktu melahirkan putri saya, ASI menjadi masalah bagi saya. Dalam waktu beberapa hari setelah kelahiran, anak saya bukannya bertambah berat badannya, malah sebaliknya.
Saya cukup panik dan stres melihat kenyataan ini. Timbangan elektrik untuk bayi juga saya sediakan di rumah untuk melihat berapa gram pertambahan berat badannya setelah disusui. Ini semua harus saya catat dengan baik dan dilaporkan pada bidan dan dokter anak.
Anak saya cepat tertidur setelah menyusui. Terlihat dia sudah kenyang dan langsung pulas, tetapi ternyata asupan ASI kurang. Penyebabnya, air susu yang saya hasilkan jumlah sangat minim. Dokter anak dan bidan menyarankan saya untuk menggunakan alat pompa ASI.Â
Didampingi bidan, sekaligus dia memberi arahan dan cara penggunaannya, saya mencoba untuk memompa air susu. Jika teman saya pernah bercerita ASI mereka bisa ratusan mililiter, air susu yang saya dapatkan hanya beberapa sendok makan. Tidak mengherankan mengapa anak saya kehilangan berat badan.
Menurut dokter anak dan bidan, selain air susu yang saya hasilkan jumlah sedikit, putri saya termasuk bayi yang lemah menyusu.Â
Mereka menyarankan agar saya segera menggunakan Brusternährungsset atau Breastfeeding Set. Istilah lain yang dikenal untuk menamai alat bantu menyusui ini adalah Supplemental Nursing System (SNS).Â
Bidan yang mendampingi saya mengatakan memberi susu formula langsung dengan menggunakan botol susu tidak disarankan. Alasannya, bayi akan terbiasa dengan botol susu dan tidak mau lagi disusui oleh ibunya.Â