"Itu teman barumu?"
Pertanyaan yang penuh selidik itu saya tujukan pada putri saya beberapa waktu lalu di masa awal pandemi.
Waktu itu saya mengantar anak ke stasiun kereta, tempat bertemu mereka. Hari Sabtu siang itu mereka berencana piknik di taman kota tidak jauh dari sekolah.
Saya termasuk orangtua yang hafal nama-nama teman sekelas anak, umumnya anak perempuan. Gadis remaja teman barunya ini belum saya kenal, mereka sekolah di tempat yang sama, hanya beda kelas.
Mungkin beberapa orangtua memiliki perasaan seperti saya saat melihat teman-teman anaknya. Terkadang terbersit anggapan seseorang tidak cocok menjadi teman. Ada rasa khawatir dan ketakutan, sehingga orangtua berusaha memantau dengan siapa anaknya berteman.Â
Perasaan dan tindakan seperti ini sangat  normal. Naluri orangtua bereaksi secara otomatis untuk melindungi anaknya. Tidak ada orangtua yang ingin anaknya mendapat pengaruh buruk dari teman-temannya.
Seperti apa teman yang salah?
Bisa saja masing-masing orangtua memiliki patokan tertentu tentang siapa teman yang salah bagi anak remajanya. Pada prinsipnya tidak ada definisi yang jelas mengenai siapa teman yang "benar" dan siapa yang "salah". Â
Sebagai gambaran umum, berikut ini beberapa ciri-ciri teman yang salah. Ini tidak terbatas pada remaja saja, tetapi juga bagi orang dewasa.
Memanfaatkan dan mengambil keuntungan dari teman
Persahabatan yang sebenarnya saling mengisi, bukan hanya salah seorang harus memenuhi keinginan temannya. Selalu ada saatnya yang satu membutuhkan yang lain, begitu pula sebaliknya.
Selalu mengkritik
Teman yang salah suka mengkritik dan membuat temannya tidak nyaman, bahkan bisa menyebabkan temannya terpojokkan dan merasa rendah diri.