Sekali waktu saya menghadiri undangan makan malam dari kolega suami. Pria Jerman ini menikah dengan Lian (nama samaran), seorang wanita Tionghoa. Saya cukup mengenal wanita cantik penyuka makanan sangat pedas ini karena sesekali kami pergi makan siang bersama. Kebetulan kami tinggal di gedung apartemen yang sama.Â
Undangan makan malam ini merupakan perayaan kecil pernikahan mereka. Restoran yang letaknya tepat di sebelah gedung apartemen kami di kawasan CBD Beijing ini merupakan restoran khas Sichuan, kuliner Tionghoa yang terkenal pedas.Â
Menu untuk acara ini telah dipilih Lian. Mungkin Lian lupa bahwa tamu yang hadir hampir semua adalah orang Jerman, sebagian dari negara Eropa lainnya, saya yang tidak bisa menyantap makanan terlalu pedas, ditambah satu lagi putri kami yang masih di usia prasekolah.
Acara malam itu cukup menyenangkan. Masakan yang disajikan sangat enak, tetapi kami tidak sanggup menyantapnya, kecuali makanan penutup yang tidak pedas sama sekali. Makanan di restoran yang dipesan Lian sangat pedas, bahkan terlalu pedas untuk saya sehingga bibir dan lidah saya terasa kebas.
Selama ini saya mengenal masakan Tionghoa yang umum disajikan di Indonesia, dan seingat saya tidak ada yang pedas. Saat tinggal di China baru saya mengenal betapa beragamnya kuliner di sana. Mungkin mirip seperti kuliner Indonesia yang berbeda di setiap provinsi.Â
Saya kemudian mengetahui kuliner dari provinsi Sichuan terkenal dengan masakan pedas, meskipun tidak semuanya. Selain cabai, merica Sichuan merupakan bumbu penting dalam kuliner mereka. Merica yang harum dengan rasa pedas dan getir menggigit lidah.Â
Merica Sichuan ini mengandung aroma lemon. Menurut saya, sedikit mirip dengan Andaliman, dikenal juga dengan sebutan "Merica Batak" karena memang digunakan dalam kuliner Batak.Â
Mapo Tahu dan asal usulnya
Salah satu masakan Sichuan yang saya suka adalah Mapo Tahu, tahu yang dimasak dengan saus pedas. Mapo Tahu merupakan salah satu kuliner Sichuan yang dikenal dunia.Â
Konon, nama masakan ini berasal dari kata "mazi" yang artinya bopeng, dan kata "popo" yang berarti wanita tua, atau nenek. Kedua kata ini kemudian disingkat menjadi Mapo, sedangkan Doufu (tofu) artinya tahu.