Shanghai selalu identik dengan bangunan megah dan gaya hidup modern. Namun begitu, di balik bangunan menjulang tinggi masih banyak tempat-tempat menarik yang menyisakan keelokan masa lalu.
Seorang teman yang bermukim di Beijing sedang berkunjung ke Shanghai. Dia mengajak saya dan seorang teman kami untuk bertemu. Kami sepakati untuk makan siang bersama di di salah satu pusat perbelanjaan di sekitar Huangpu.Â
Saya memilih menumpang subway daripada naik taksi dari rumah. Jika tidak hafal dengan jalanan kota di Shanghai ditambah tidak menguasai bahasa setempat, pilihan naik transportasi umum Metro adalah yang terbaik, selain itu bebas macet.
Sistem transportasi di Shanghai, terutama kereta bawah tanahnya sangat bagus. Cukup mengunduh peta metro yang tersedia dalam bahasa Mandarin dan Inggris, kemudian mengikuti jalur-jalur yang tersedia dengan nomor dan warna berbeda.
Siang itu kami menyantap semangkuk mi khas Jepang. Salah satu teman saya penyuka mi, saya dan seorang teman yang lain, sebagai "tuan rumah" mengikuti kemauan tamu.Â
Selesai makan siang kami menuju tempat yang belum pernah kami kunjungi. Saya dan teman yang tinggal di Shanghai belum pernah ke tempat ini, padahal kami sudah beberapa tahun hidup di kota ini.
Tianzifang
Wilayah ini dibangun sekitar tahun 1930-an sebagai bagian dari konsesi Prancis. Townhouse dua dan tiga lantai ini dibangun dengan arsitektur Shikumen, bangunan dengan fasad batu bata perpaduan gaya arsitektur China dan Eropa. Shikumen juga dianggap sebagai simbol "old Shanghai".
Dulunya area ini adalah pemukiman masyarakat biasa yang terletak di gang-gang kecil berbelok-belok dengan jemuran pakaian warga yang terbentang dari rumah ke rumah. Bagi warga yang tinggal di sini, tempat ini adalah rumah dan tempat kerja mereka.Â