Cepat atau lambat hewan peliharaan akan pergi dan meninggalkan kita.
Dulu di rumah orang tua kami di Medan, kami memelihara beberapa ekor burung Balam Jambi. Kalau tidak salah, ini sejenis burung merpati.
Mereka hidup di dalam kandang setinggi 2 meter di halaman belakang rumah. Secara bergantian kami memberi makan, minum, membersihkan kandang, termasuk juga sesekali meletakkan tumpukan jerami di wadah tempat bertelur.
Kami tidak sempat menguburkan hewan-hewan cantik ini karena ada orang jahat yang melompati pagar, kemudian mencuri dan meninggalkan kandang kosong melompong.
Kehilangan yang menyesakkan. Kami pun memutuskan untuk tidak memelihara burung atau hewan lainnya.
Hingga satu hari kami memiliki seekor kucing yang sangat jinak. Kucing jantan yang datang sendiri dan memutuskan menetap di rumah kami.
Albert, begitu kami memanggilnya. Kucing putih hitam yang patuh dan selalu tidur di dapur. Sekali pun tidak pernah ia mengambil makanan yang bukan disediakan untuknya.Â
Lumayan lama Albert menjadi bagian dari anggota keluarga kami. Hingga suatu hari Albert pergi dan tidak kembali. Kami tidak tahu keberadaannya. Apakah ada yang mengambilnya, atau dia memang ingin pergi selamanya? Pertanyaan yang tidak pernah terjawab.
Di Jerman, saat ini kami masih memiliki seekor kucing yang usianya cukup tua. Menurut dokter hewan langganan, kucing kami, Sissy, masih terbilang sehat. Namun begitu, kami yakin hidupnya tidak akan lama lagi.
Siap tidak siap kami harus bisa menerima jika suatu hari harus kehilangan Sissy. Memikirkan hal ini sudah mendatangkan rasa sedih. Bagaimanapun hewan peliharaan adalah bagian dari keluarga.Â