Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menyusuri Juyongguan Great Wall, Gerbang yang Dilintasi Genghis Khan

24 Maret 2021   20:42 Diperbarui: 10 April 2021   18:30 1375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Juyongguan | foto: pixabay.com/DESALB

Tidak lengkap rasanya, jika berada di Tiongkok jika tidak mengunjungi Great Wall. Begitu yang saya lakukan saat pertama berada di negeri ini. Pengalaman yang sangat berkesan, meskipun perlu tiga hari bebas dari rasa pegal-pegal setelah menaiki dan menuruni anak tangga yang tidak terhitung banyaknya.

Laksana ular raksasa, tembok dengan panjang 21.196 km dibangun berkelok-kelok melintasi dataran luas, gurun, dan pegunungan. Tergambar keindahan dari peninggalan kejayaan dan kemegahan masa lalu.

"Great Wall China adalah satu-satunya karya manusia yang dapat dilihat dari bulan." 

Apakah benar rumor tersebut?

Menurut Eugene A. Cernan (astronaut Apolli 17); "Tidak ada benda buatan manusia yang dapat dilihat dari bulan, baik dengan mata telanjang maupun dengan teleskop yang dimiliki Apollo." Tembok Besar Cina dapat dilihat dari jauh, dari jarak 300 hingga 500 km. 

Juyongguan saat musim dingin | foto: visitourchina.com
Juyongguan saat musim dingin | foto: visitourchina.com

Ketika bermukim di Shanghai, ada dua orang adik saya dan keluarga mereka dari Indonesia yang datang mengunjungi kami. Tembok Cina adalah salah satu yang mengisi daftar tempat yang harus dikunjungi.

Saat itu adalah liburan sekolah di Indonesia, menjelang libur panjang musim panas di Tiongkok (mulai 1 Juli, berlangsung 2 bulan lamanya). Karena adik saya datang bersama suami dan anak-anaknya, maka pilihan tempat liburan adalah yang tidak terlalu padat pengunjung, terutama grup wisatawan.

Dari referensi seorang teman yang menetap di Beijing dan sudah puluhan kali membawa tamu ke great wall, Juyongguan Great Wall adalah yang paling sepi dari rombongan pelancong.

Umumnya grup wisatawan mengunjungi Badaling Great Wall (tempat yang belum pernah saya kunjungi). Jika berkunjung ke sini pada puncak liburan musim panas, dijamin pengunjung terlihat sangat padat. "Lautan manusia terlihat seperti cendol," begitu menurut teman saya.

Cloud Platform Juyongguan | foto: BabelStone/commons.wikimedia.org
Cloud Platform Juyongguan | foto: BabelStone/commons.wikimedia.org

Juyongguan Great Wall

Dari kota Shanghai menuju Beijing kami menumpang kereta cepat CRH (China Railway High-Speed), salah satu kereta tercepat di dunia. Dengan kecepatan 350 km/jam, jarak Shanghai ke Beijing ditempuh sekitar 4 jam 18 menit. Pilihan tepat, karena tidak perlu menyediakan waktu 2 jam sebelum keberangkatan seperti yang dibutuhkan jika menggunakan pesawat terbang. 

Tembok besar Cina dibangun sebagai benteng yang berfungsi untuk melindungi Kekaisaran dari suku nomaden di bagian utara yang berada di perbatasan. 

Usianya yang lebih dari 2000 tahun yang lalu, menjadikan tembok besar Tiongkok sebagai salah satu tembok tertua di dunia. Beberapa bagian tembok ini terlihat sudah hancur, bahkan ada yang hilang termakan waktu.

Tembok Besar Juyongguan | foto: HennieTriana
Tembok Besar Juyongguan | foto: HennieTriana

Namun, pengunjung masih dapat menikmati keindahan sisa peninggalan kekaisaran masa silam. Sejumlah bagian bangunan tembok ada yang telah direnovasi dan dibangun kembali sesuai bentuk aslinya.

Di sekitar kota Beijing ada beberapa titik belahan tembok yang bisa dikunjungi wisatawan. Bahkan ada yang dilengkapi dengan kereta gantung dan kereta luncur (contohnya Mutianyu Great Wall, yang pernah saya kunjungi). Sebagian dibiarkan alami, khusus untuk wisatawan yang menyukai petualangan alam.

Juyongguan terletak sekitar 60 km dari kota Beijing. Dari penginapan, kami menyewa satu mobil dengan supirnya menuju tempat ini, memakan waktu sekitar satu setengah jam perjalanan. Berangkatlah pagi-pagi, untuk menghindari teriknya matahari saat berada di tembok besar ini.

Memang betul kata teman saya, saat tiba di sana halaman parkir masih sepi. Tidak ada pengunjung lain yang mengantri membeli tiket masuk. Hanya kami rombongan kami.

Juyongguan dibangun pada masa Dinasti Ming (1368-1644). Di bawah kepemimpinan  Kaisar Zhu Yuangzhang, kaisar pertama Dinasti Ming, tembong besar Juyongguan dibangun untuk menggagalkan serangan bangsa Mongol yang ingin merebut kembali kerajaannya.  

Menurut catatan sejarah, gerbang Juyongguan adalah salah satu dari bagian tembok terpenting. Pertempuran besar melawan, Jurchen (suku Tungusik yang berdiam di wilayah Manchuria), bangsa Mongol, dan beberapa tahun kemudian melawan Jepang terjadi di tempat ini.  Genghis Khan (Jenghis Khan) melewati gerbang ini saat memimpin pasukannya. 

Bagian arsitektur yang menarik di Juyongguan ini adalah Yun Tai (cloud platform), menara marmer putih yang dibangun pada tahun 1342, sebagai dasar dari tiga stupa yang kemudian menjadi sebuah kuil (tetapi hancur akibat gempa bumi). Yun Tai masih tetap ada dan bisa dilihat jika berkunjung ke tembok besar ini. 

Juyongguan | foto: pixabay.com/DESALB
Juyongguan | foto: pixabay.com/DESALB

Saat menyusuri anak tangga yang terlihat tidak berujung ini, saya menduga-duga kenapa tembok besar Juyongguan ini terlihat agak sepi pengunjung dibandingkan 2 great wall lain yang telah direnovasi dan diminati wisatawan. Undak-undakan di sini cukup curam, dan tidak sama tinggi rendahnya. Butuh usaha ekstra untuk menaiki dan menuruninya, agak ngesot saya saat menuruninya (nyengir).

Namun, ada satu bagian, di sisi barat Juyongguan yang medannya lebih nyaman untuk dijalani. Akses yang cocok bagi anak-anak, pengguna kursi roda, dan orang tua yang membawa anak dengan stroller. 

Hamparan panorama menakjubkan tersaji saat berada di tembok besar Juyongguan ini. Kesulitan dan pegalnya kaki akan terbayar dengan kepuasan menjelajahi Juyongguan yang  telah masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1987.

Yuk, jalan-jalan ke Tembok Besar Cina!

-------

Hennie Triana Oberst

De, 24.03.2021

Bacaan:
1. welt.de/ Kann man die Chinesische Mauer aus dem All sehen?

2. chinarundreise.com/ Die Groe Mauer Festung bei Juyongguan 

3. chinesischemauer.net/ Entstehung der chinesischen Mauer

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun