Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Cerita Rakyat: Putri Hijau, Cinta Ditolak Perang Bergolak

10 Januari 2021   11:24 Diperbarui: 10 Januari 2021   11:51 34307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita rakyat selalu ada di setiap daerah. Cerita rakyat tidak ada nama pengarangnya, karena disampaikan secara lisan secara turun temurun di masyarakat. Terlepas benar atau tidak, dalam cerita rakyat terkandung kisah bersejarah dari seorang tokoh, tempat, atau budaya yang dipercaya oleh masyarakat setempat.

Legenda Putri Hijau yang berasal dari Kerajaan Tanah Deli ini mengisahkan tentang seorang raja dari Aceh yang jatuh cinta pada seorang putri. Putri Hijau, anak seorang raja dari Kerajaan Tanah Deli. Konon, kerajaan ini wilayahnya dari Langkat hingga ke Riau. Saat ini sebutan Tanah Deli (Sumatera Timur) adalah wilayah kota Medan dan kabupaten Deli Serdang.

***

Raja Tanah Deli memiliki tiga orang anak, yaitu Mambang Yazid, Putri Hijau, dan Mambang Khayali. Sebelum raja mangkat, beliau berpesan kepada putra-putrinya, agar saling menjaga dan melindungi satu sama lain. 

Mambang Yazid menggantikan ayahnya. Sebagai anak sulung dan pengganti kedua orangtua yang telah tiada, Mambang Yazid tidak melupakan tanggung jawabnya untuk tetap memperhatikan kedua adiknya. Mereka bertiga dicintai rakyatnya, dan dipercaya sebagai penjelmaan dewa.

Dua adik Mambang Yazid tumbuh dan menjelma menjadi pribadi yang matang dan bijaksana. Putri Hijau yang sangat cantik mendapatkan namanya karena dari dalam tubuhnya memancarkan cahaya berwarna hijau. Dia senang sekali berjalan-jalan di taman kerajaan, di bawah sinar bulan purnama.

Cahaya hijau ini berpendar di langit hingga bisa terlihat sampai ke kerajaan di Aceh. Raja Aceh merasa heran dengan cahaya hijau yang itu, kemudian menugaskan menterinya untuk mencari tahu dari mana cahaya itu. 

Setelah melakukan perjalanan panjang untuk memecahkan misteri warna hijau itu, menteri kerajaan memberitahu Raja Aceh, bahwa cahaya hijau itu berasal dari tubuh seorang putri, adik dari Raja Tanah Deli yang terkenal arif dan bijaksana.

Siang dan malam Raja Aceh  memikirkan Putri Hijau, dia ingin sekali bertemu, dan mempersuntingnya. Menteri kerajaan dikirim kembali ke kerajaan Tanah Deli untuk meminang Putri Hijau.

Mambang Yazid adalah seorang raja yang bijaksana, dia menghargai keputusan adiknya. Putri Hijau mengatakan, ia belum ingin bersuami. Keputusan ini disampaikan dengan hati-hati oleh Mambang Yazid kepada utusan Raja Aceh.

Penolakan pinangan ini membuat Raja Aceh murka. Ia memberi titah agar seluruh kapal lengkap dengan senjata dan prajurit disiapkan, dan berlayar menuju kerajaan Tanah Deli. Raja Aceh menitipkan pesan agar kerajaan Tanah Deli menyerahkan Putri Hijau, jika tidak, maka perang adalah jalan yang akan ditempuh.

Perang pun pecah, dan berlangsung berhari-hari. Mambang Khayali mengubah dirinya menjadi meriam, menembaki prajurit kerajaan Aceh. Tetapi meriam ini akhirnya patah menjadi dua bagian, satu terpental ke Aceh, satu lagi di Tanah Deli**. 

Raja Aceh berhasil mengalihkan konsentrasi prajurit kerajaan Tanah Deli dengan memerintahkan prajuritnya untuk mengisi meriam dengan emas. Kerajaan Tanah Deli berhasil ditaklukkan.

Putri Hijau diboyong Raja Aceh dengan berlayar kembali ke istananya. Namun, sebelum tiba di Aceh, terjadi badai dan angin kencang di lautan. Putri Hijau diselamatkan oleh seekor naga dan di bawa ke istana di dasar lautan. Naga ini adalah jelmaan kakak kandungnya, Mambang Yazid.

Pesan moral dari cerita rakyat Putri hijau ini antara lain adalah;

Sebagai saudara kandung harus tetap saling menyayangi, mendukung, dan melindungi satu sama lain.

Memaksakan kehendak pribadi, memanfaatkan kekuasaan, hingga menghancurkan orang lain, tidak akan berujung pada kebaikan. 

Cinta tidak bisa dipaksakan, sekalipun dengan iming-imingi kekayaan dan kekuasaan.

Silau dengan materi akan membawa petaka. Akibat emas yang ditembakkan oleh pasukan kerajaan Aceh, perhatian prajurit tanah Deli terpecah, dan kerajaan mereka berhasil ditaklukkan oleh lawan.

**Potongan meriam yang berada di Tanah Deli dikenal dengan nama Meriam Puntung. Jika berjalan-jalan ke Istana Maimun (istana Kesultanan Melayu Deli) di kota Medan, maka kita bisa melihat meriam puntung ini di sana.

-------

Hennie Triana Oberst

Deutschland, 10.01.2021

Awal Tahun 2021, Cerita Rakyat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun