Sebelum pandemi yang lalu saya ikut dengan Klara, seorang sahabat, mengunjungi Flohmarkt. Pasar barang bekas ini diadakan setiap tahun di lokasi yang sama sekitar wilayah sekolahan dan tidak jauh dari stasiun kereta pusat di kota kami.
Tidak ada rencana untuk membeli barang, kami sebetulnya hanya ingin berjalan-jalan saja di sana. Namun, ada satu sepeda yang menarik hati Klara. Dia memang suka mengendarai sepeda pada saat musim panas, karena tempat tinggalnya berada tepat di tengah kota yang sulit mendapatkan tempat parkir. Berkendara dengan sepeda adalah cara yang paling ideal.
Menurut Klara, sepedanya sudah berusia beberapa tahun. Walaupun kondisinya masing bagus, tapi dia ingin mengganti dengan yang baru tanpa harga yang mahal. Sepeda lama bisa disumbangkan ke orang lain yang membutuhkan.
Sepeda berwarna silver di flohmarkt beralih ke tangan Klara. Harga 200 Euro akhirnya disepakati dari harga awal sebesar 230 Euro. Masih sangat bagus kondisinya dan terlihat seperti sepeda baru, mungkin sangat jarang digunakan.
Di Jerman sangat banyak diselenggarakan flohmarkt seperti ini pada waktu-waktu tertentu. Dari lingkungan kecil seperti sekolah yang menawarkan buku-buku dan mainan, atau dari organisasi dan komunitas tertentu, hingga flohmarkt dengan penyelenggara yang profesional.
Flohmarkt besar biasanya menawarkan berbagai barang, dari pakaian, mainan, perlengkapan rumah tangga hingga mebel. Pasar ini sangat menarik untuk dijelajahi, terutama bagi penggemar barang antik dan pemburu barang-barang khusus yang tidak banyak dijual di toko.
Makanan adalah barang dagangan yang dilarang dijual di flohmarkt. Alasannya, penjual makanan di Jerman, sekalipun hanya makanan kecil seperti coklat dan permen, harus memiliki izin khusus yang sah sesuai standar higienis yang berlaku di Jerman.
Sejarah Flohmarkt
Flohmarkt (bahasa Jerman) jika diterjemahkan artinya adalah pasar kutu. Sebutan yang diambil dari istilah bahasa Perancis, "march aux puces" dengan arti yang sama, pasar kutu.Â
Awal mula kenapa pasar loak ini dinamakan pasar kutu, membawa kita menengok masa silam, pada abad ke-18 di Paris.