Akhir minggu kemarin di pojok halaman belakang rumah ada seekor burung berwarna hitam tergeletak mati.
Melihat bentuknya, kalau tidak salah ini burung Amsel (burung sikatan hitam) yang sering berkeliaran di sekitar rumah, bahkan ada amsel yang membuat sarang di dalam tanaman yang berbentuk bola di halaman rumah.
Saya yakin burung tersebut menabrak jendela kaca ruang tamu kami yang menghadap ke ladang dan kebun milik penduduk sekitar.Â
Suara tabrakan ini memang cukup keras, seolah-olah jendela kaca dilempar dengan batu. Saking kerasnya benturan yang terjadi hingga menyebabkan burung mati. Bisa dibayangkan, saat itu pasti burung sikatan hitam itu sedang terbang dengan kecepatan yang tinggi.
Syukurnya, di rumah kami tidak sering terjadi, karena permukaan kaca di rumah juga tidak terlalu banyak, hanya jendela, beberapa pintu, dan sebagian kecil dinding yang memisahkan carport dengan halaman belakang rumah.
Halte bus, jendela, pintu dan dinding bangunan tinggi yang terbuat dari kaca adalah salah satu ancaman bagi burung.
Menurut catatan dari NABU (Naturschutzbund Deutschland e.V.) yaitu Serikat Konservasi Alam dan Keanekaragaman Hayati, setiap jam 11.400 ekor burung mati karena bertabrakan dengan dinding dan jendela berbahan kaca.
Angka tersebut bukanlah jumlah yang sedikit dan cukup mengkhawatirkan. Ada beberapa jenis burung yang mengalami tingkat kematian yang tinggi karena bertabrakan dengan kaca, antara lain elang, amsel dan burung pipit.
Burung-burung memang sering tidak mengenali permukaan dinding dan jendela yang terbuat dari kaca. Permukaan kaca ini terlihat seperti alam terbuka yang dipantulkan pemandangan di sekitarnya.
Bukan hanya pada saat hari terang saja bisa terjadi tabrakan burung. Pada malam hari, ruangan yang diterangi lampu juga sangat berbahaya bagi burung, karena burung akan terbang menuju arah cahaya tersebut.