Sekali waktu saya memasuki ruangan toilet, terlihat 6 jamban jongkok berderet tanpa sekat di seberangnya (berhadapan) ada 6 toilet  lainnya, tanpa pintu dan sekat. Saya urungkan niat buang air setelah melihat keadaan seperti itu. Memang sangat jarang toilet model ini, tetapi masih ada, sekalipun di kota besar seperti Shanghai dan Beijing.
Sejarah toilet
Konon, toilet sudah dikenalkan oleh bangsa Yunani sejak 2500 tahun SM, kemudian dikembangkan oleh bangsa Romawi. Toilet pada masa itu dibangun berderet-deret tanpa sekat di dalam satu ruangan besar.
Namun, penggunaan jamban ini hanya untuk orang-orang kaya saja, mereka menggunakannya sebagai tempat untuk berdiskusi membicarakan bisnis dengan teman dan kenalan dekat.Â
Setelah jatuhnya kekaisaran Romawi, sistem sanitasi tidak diperhatikan lagi. Pada Abad Pertengahan budaya toilet mencapai titik terendah. Masyarakat tidak peduli lagi dengan kebersihan, bahkan seenaknya membuang kotoran mereka.Â
Masalah sanitasi ini merupakan penyebab wabah kolera di seluruh Eropa, yang memakan korban ratusan ribu orang.
Water closet (WC) pertama kali dibuat pada abad ke-16 oleh Sir John Harrington dari Inggris. Di rumahnya, dia memasang toilet flush beserta tangki air dan katup.Â
Kemudian WC ini dikembangkan pada abad ke-18 oleh Alexander Cumming, seorang ahli matematika dan mekanik dari London. Dia kemudian dikenal sebagai penemu toilet modern.Â
Toilet keramik mulai dibuat pada tahun 1870 oleh Thomas William Twyford, seorang pembuat tembikar dari Inggris. Twyford dianggap sebagai pelopor di bidang perangkat kebersihan dan sanitasi.
Sebelum WC dikenal, dulunya masyarakat di Jerman membuat toilet di halaman atau kebun mereka berupa rumah kecil dan lubang di tanah. Di Indonesia, model jamban seperti ini dikenal dengan sebutan kakus (sepertinya berasal dari bahasa Belanda).