ceplukan/ciplukan ini di halaman belakang rumah kami di Jerman. Tetangga sebelah rumah kami yang menanamnya.
Beberapa tahun yang lalu ada pohon buahSepasang suami istri yang sangat baik inilah yang membantu mengurusi Sissy, kucing kami yang terpaksa ditinggal selama kami menetap di Negeri Tirai Bambu.
Selama tinggal di sana, biasanya kami pulang ke Jerman dua hingga empat kali dalam setahun. Jadi mereka pikir, daripada lahan yang tersedia kosong, lebih baik ditanami. Kami juga bisa menikmatinya ketika sedang berada di Jerman.Â
Tetapi sayangnya, masa panen ciplukan yang ditanam di rumah sekitar akhir musim panas. Kami tidak bisa menikmatinya, karena sudah kembali ke Cina.
Ada beberapa jenis dari buah ciplukan ini, dengan nama Latin yang berbeda, ada Physalis Peruviana, Physalis Angulata, dan beberapa nama lainnya.Â
Saya kurang tahu bedanya, tetapi yang ada di pasaran Jerman sepertinya adalah Physalis Peruviana.
Dari salah satu namanya bisa dilihat asal buah ini, yaitu dari Amerika Selatan.
Saya kenal buah ciplukan ini saat masa kecil dulu. Banyak pohon ini tumbuh liar di hutan kecil yang sering saya datangi dengan sepupu dan teman-temannya.
Saat liburan sekolah dulu, kami selalu berkunjung ke rumah kakek nenek yang letaknya di luar kota Medan. Rumah mereka berada di salah satu perkebunan kelapa sawit.Â
Tidak jauh dari tempat ini ada hutan kecil kecil tempat kami "berpetualang", memetik buah ciplukan untuk makanan burung, mencari jamur dan tanaman pakis. Ada sungai kecil tempat kami mencari ikan dan kepah*.
Ciplukan ini ternyata ada dijual di Jerman. Saya heran waktu pertama kali melihatnya di supermarket sini. Buah kecil bulat berwarna orange kekuningan yang terbungkus oleh helaian menyerupai daun tipis yang bentuk seperti lonceng atau lampion.