Kemarin saat sedang berjalan di trotoar kota, saya melihat kecelakaan yang dialami seorang pengendara sepeda. Dia terduduk di jalan dan sedang ditangani petugas medis. Entah apa yang terjadi, saya tidak melihat kejadiannya.
Kalau melihat kecelakaan sekecil apapun, sering perut saya seperti teriris-iris.
Saya pernah mengalami kecelakaan di dua tempat, yang pertama di Jerman dan yang kedua di Beijing, Cina.
Hampir dua tahun saya dan keluarga -- karena tugas yang diemban suami -- bermukim sementara di ibukota negara Tirai Bambu ini.
Selama di Beijing, anak saya mengikuti pendidikan di German Kindergarten, alasannya sederhana saja, karena kami hanya tinggal sementara di sana. Supaya jika kembali ke Jerman tidak perlu banyak penyesuaian di lingkungan pendidikannya.
Tempat tinggal kami berada tidak terlalu jauh dari pusat kota, sementara Kindergarten terletak di pinggiran kota. Butuh waktu yang lumayan lama untuk pergi dan pulang, terutama lalu lintas kota Beijing yang terkenal macetnya jika pagi dan sore hari.
Saya biasanya mengantar dan menjemput putri saya dengan mobil dan supir yang kami sewa. Untuk mengemudi sendiri, saya tidak bisa karena tidak membuat Surat Izin Mengemudi (SIM) untuk Cina. Di negara ini hanya SIM mereka yang berlaku, (kecuali mungkin wisatawan, saya juga kurang tahu).
Ada alasan lainnya juga, saya tidak sanggup menghadapi lalu lintas dan terkadang pengemudi yang suka-suka ganti jalur dari kanan. Mengemudi di negara ini di jalur kanan, kebalikan dari Indonesia.
Di satu siang, saya sedang berjalan ke toko roti yang letaknya tidak terlalu jauh dari apartemen tempat kami tinggal. Anak saya masih di Kindergarten, jadwal menjemputnya masih sekitar 2 jam kemudian.
Di kawasan toko roti ini banyak restoran dan berbagai toko, dengan tempat parkir dan pejalan kaki. Di depan toko yang berjajar adalah jalur pejalan kaki dan di sebelahnya tempat parkir. Jalur pejalan kaki ini digunakan bersama dengan pengendara yang masuk dan keluar dari parkiran.
Saya masih menuju toko roti, tiba-tiba saya terjerembab dengan lutut dan kedua tangan di jalan. Ketika menoleh, ternyata ada mobil di belakang saya, dan bumpernya berjarak hanya beberapa senti dari punggung saya.