Setelah dimulai sekolah hari Senin yang lalu, anak saya tadi minta izin janjian dengan temannya. Pergi ke kota naik kendaraan umum, menjalani rute seperti ke sekolahnya.
Kali ini saya agak cerewet mengingatkan ini itu, karena masa new-normal ini masih tetap riskan. Tapi tetap saya selalu mengizinkan jika ia mau janjian dengan teman-teman sekolahnya.
Bahkan saya dengan senang hati mendengarkan ceritanya tentang teman-temannya dan anak-anak di kelasnya, siapa naksir siapa, termasuk juga menceritakan dirinya sendiri.
Anak seusia dia yang duduk di kelas 7 pasti sedang memulai dunia barunya, memasuki masa remaja.
Sampai saat ini jika janjian dengan temannya, mereka akan pergi menonton ke bioskop (sementara ini yang buka hanya bioskop drive-in), atau sekadar berjalan-jalan di kota, makan atau belanja bareng.Â
Kadang saya akan mengantar dan menjemputnya di tempat dan jam yang kami sepakati. Pacar, dia belum punya.
Setiap fase kehidupan, kita memiliki rasa ketertarikan terhadap orang lain yang berbeda-beda. 'Cinta monyet' mungkin memang  cocok menjadi istilah di usia seperti putri saya.
Dulu saat saya seusia putri saya, setiap malam Minggu pasti ada teman-teman cowok yang datang ke rumah. Bukan pacar, hanya teman-teman sekolah yang akrab dan mungkin sebagian sedang naksir-naksiran.
Di usia itu, masa SMP, nggak ada yang berani berkunjung sendirian, paling tidak berdua.
Orangtua kami dulu tidak pernah melarang anaknya punya pacar. Mereka pasti mengerti, remaja itu saling suka adalah hal yang wajar, dan tidak ada keinginan untuk lebih dari menghabiskan waktu dan mengobrol bersama.