Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Katanya Bule Itu Malas Mandi, Apa Betul?

8 Juni 2020   01:24 Diperbarui: 9 Juni 2020   16:57 4680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sering sekali saya membaca pengalaman dari orang-orang yang bepergian atau menetap di luar Indonesia, mengenai gaya hidup orang bule. Tepatnya bule yang dimaksud adalah orang-orang yang tinggal di negara empat musim.

Katanya; "badan bule mengeluarkan aroma tak sedap. Bau, jarang mandi."
Membuat yang sedang berjalan-jalan di keramaian kehilangan gairah menikmati tempat yang dikunjungi.

Saya ingin menuliskan berdasarkan pengalaman sendiri juga.
Apa betul orang bule itu malas mandi?

Dalam bahasa Jerman ada dua istilah mandi. Jika seseorang mengatakan "baden" itu artinya mandi berendam di dalam bak mandi.

Sedangkan "duschen" (baca: dusyen/dushen) adalah sebutan untuk mandi di bawah pancuran air. Mandi dengan menggunakan gayung juga disebut 'duschen'.

Sebelum saya kenal dengan suami, saya pernah dekat juga dekat dengan laki-laki bule dari negara lain. Juga punya banyak kenalan dan teman western. Tidak ada yang saya kenal malas mandi. Mereka selalu mandi seperti umumnya orang Indonesia.

Begitu juga suami dan mertua saya, kebiasaan mereka mandi juga sama seperti orang Indonesia, dua kali sehari. Bahkan jika summer terkadang tiga kali.

Suami saya sama seperti saya, tidak akan keluar rumah jika belum mandi pagi. Jadi bangun tidur itu ritual pertama adalah mandi. Baru kemudian melakukan aktivitas lainnya.

Memang jika musim dingin (winter) temperatur udara minta ampun dinginnya. Membayangkan harus keluar rumah saja rasanya malas, pinginnya selimutan terus di tempat tidur.

Tetapi udara dingin ini ini hanya di luar rumah. Sedangkan di dalam rumah pasti ada penghangat ruangan. Untuk mandi tentu tidak ada masalah, karena setiap rumah di negeri ini pasti selalu tersedia air panas dan dingin di setiap keran air.

Memang ada sebagian orang di Jerman yang sangat irit dengan mandi. Tapi seperti yang saya amati, alasannya itu untuk menghemat saja.

Kenapa menghemat?

Karena air di Jerman itu sangat mahal. Di negeri ini kita bisa minum langsung air dari keran. Ada banyak negara Eropa juga yang kualitas airnya baik seperti di Jerman.

Semua tergantung prioritas tiap-tiap keluarga, apakah mereka ingin menghemat atau tidak. Air memang salah satu kebutuhan primer, karena hampir semua aktivitas kita berhubungan dengan air.

Di keluarga kami pemakaian air biasa saja, maksudnya tidak pernah harus dihemat sana sini. Jika musim panas biasanya pemakaian air naik dari musim-musim lainnya. Karena jika hujan tidak turun maka kebutuhan untuk menyiram rumput dan tanaman di halaman harus menggunakan air dari rumah.

Kami menampung air hujan di tangki untuk keperluan menyiram tanaman, tetapi seringnya tidak mencukupi untuk keperluan musim panas. Ditambah sesekali harus  menambah air di kolam ikan kecil di halaman rumah. Ikan-ikannya perlu air juga supaya bisa bebas berenang.

Jadi, kesimpulannya, apakah bule itu malas mandi atau tidak?

Semuanya berpulang kepada diri masing-masing. Karena di negara yang beriklim tropis sekalipun, seperti di Indonesia, banyak juga kita jumpai orang yang malas mandi.

Di negeri yang memiliki empat musim, sebagian orang mungkin memang jarang mandi. 

Alasan mereka tentu beragam dan itu adalah hak mereka pribadi. Karena menghemat air atau memang malas mandi, bisa juga mungkin ada alasan lainnya.

Jadi sebenarnya kebiasaan jarang mandi ini bukan karena suku atau bangsanya apa. Melainkan kebiasaan tiap-tiap orang yang memang unik.

Tulisan ini hanya sekadar pendapat pribadi berdasarkan pengalaman sendiri dan kebiasaan masyarakat sekitar.

-------

Hennie Triana Oberst
DE 07062020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun