Bagi warga kota Medan dan wilayah Sumatera Utara mungkin familier dengan makanan yang bernama Toge Panyabungan ini. Biasanya di bulan Ramadan kudapan manis ini sering dihidangkan sebagai salah satu pelengkap buka puasa.
Saya mengenal dan mencicipi Toge ini dari kakak ipar perempuan yang berdarah Mandailing. Suatu kali di bulan Ramadan, ia membawa bukaan ini, Toge, begitu ia menyebutnya.
Ternyata ada bagusnya juga punya keluarga yang multi kultural, seperti keluarga besar kami. Dari tujuh orang bersaudara tidak ada satupun pasangan dari kami yang berasal dari satu daerah. Saya dan kakak perempuan saya bersuami orang Jerman, tetapi mereka berasal dari daerah dan suku yang berbeda.
Toge ini bukan sayuran, tetapi sejenis kolak atau es campur.
Toge Panyabungan nama lengkapnya, karena makanan ini berasal dari kota Panyabungan. Panyabungan adalah ibukota kabupaten Mandailing Natal yang terletak di Sumatera Utara dan dekat dengan perbatasan provinsi Sumatera Barat.
Di kota Medan, kudapan khas ini biasanya tersedia hanya di bulan Ramadan. Tapi sepertinya saat ini sudah semakin banyak yang mengenal makanan ini, terlihat makin banyak yang menjualnya.
Toge Panyabungan terdiri dari campuran candil (biji salak), lupis, pulut hitam, tapai pulut putih dan cendol di dalam kuah santan dan gula aren. (Pulut, begitu kami di Sumatera menyebut ketan).
Agak sulit di Jerman menyediakan minuman Toge ini, karena kendala terbesar adalah mendapatkan tape ketan. Ragi untuk tape adalah ragi khusus tape, yang tidak tersedia di Jerman. Atau mungkin ada yang menjualnya di toko online khusus produk makanan Indonesia, tapi saya malas untuk mencari dan membelinya. Apalagi hanya membeli satu produk ini saja.
Maka, dengan bahan dan usaha seadanya terhidang juga Toge Panyabungan  ala kadarnya sebagai pelengkap berbuka puasa. Tidak ada tape pulut, jadi saya ganti dengan cabikan roti tawar, jadi sedikit mirip dengan kolak dingin di Medan.
Memang sedikit butuh perjuangan untuk menyediakan kuliner Nusantara di negeri yang telah menjadi tanah air kedua saya ini. (Tapi hidup adalah perjuangan)