Diam-diam dari balik selimut kunikmati pandangan teduhmu. Senyummu samar terpancar, sangat tipis dan dingin, seperti udara di luar yang menggigilkan tubuh.
Kau sama sekali tak mencuri pandang, tak sedikitpun. Jiwaku serasa terombang-ambing, kehilangan asa.
Sedari tadi kau terpaku di sana, memandang cakrawala. Bahkan pekatnya malam tak mengusikmu.Â
Mungkin engkau sedang mengagumi indahnya kunang-kunang atau itu penerang sukmamu?
Perpisahan selalu menghadirkan luka
Tapi semesta akan menyembuhkannya
Hanya menunggu waktu
Entah kapan
.
-------
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!