Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Terapi Dongeng untuk Penderita Demensia di Jerman

20 Maret 2020   11:35 Diperbarui: 20 Maret 2020   17:15 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Frosch Koenig/ pixabay

Kisah-kisah dalam dongeng selalu menyenangkan untuk didengar. Bahkan tidak sedikit cerita dongeng yang telah ditayangkan dalam layar lebar.

Menurut saya dan pendapat beberapa orang, membaca atau mendengarkan cerita lebih berkesan daripada menonton kisah dongeng yang difilmkan. 

Dengan hanya membaca atau mendengar kisah dongeng tanpa tayangan film kita bisa berimajinasi sendiri. Masing-masing orang bisa menggambarkan pelaku dan tempat kejadian dari cerita itu dengan pikirannya sendiri.

Sejak anak saya masih kecil kebiasaan membacakan dongeng ini saya lakukan sambil menemaninya tidur. Kebiasaan membacakan cerita ini saya lakukan untuk melatih anak saya agar gemar membaca. Selain itu juga menghadirkan kedekatan dan keintiman perasaan antar orang tua dan anak.

Cerita dongeng yang didengar anak-anak sejak awal kehidupannya ini akan tersimpan dalam ingatan mereka sepanjang hidupnya.

Berdasarkan alasan tersebut, membacakan cerita dongeng untuk para penderita demensia akan mampu mendekati mereka yang terlihat seperti hidup di dunianya sendiri akibat penyakit yang mereka derita. Di samping itu dongeng akan membangkitkan kembali kegembiraan masa kanak-kanak mereka. 

Saya memiliki dua ibu mertua, ibu kandung dan ibu tiri suami saya. Ibu mertua yang satu telah meninggal dunia beberapa tahun lalu. Satu-satunya orang tua yang kami miliki hanya ibu kandung suami saya. Kedua orang tua saya, juga ayah dan ibu (tiri) suami saya telah berpulang.

Ibu mertua saya ini sejak beberapa tahun tinggal di panti wreda, karena mengalami kelumpuhan setelah terkena stroke. Pilihan tinggal di panti juga karena awalnya perawatan yang bisa dikatakan 24 jam dibutuhkan beliau. Di samping itu memang ini adalah pilihannya untuk menghabiskan masa tua di panti.

Orang-orang tua di Jerman memang lebih suka mandiri. Menurut mereka tinggal di panti tersedia banyak kegiatan yang bisa mereka ikuti. Bersosialisasi dengan sesama penghuni panti justru membuat mereka lebih sehat. 

Itu yang diakui ibu mertua saya, dia senang tinggal di sana karena walaupun harus duduk di kursi roda, ia mandiri, bisa bergerak bebas di lingkungan panti yang luas. Ibu mertua saya ini dari dulu sangat aktif, di panti ini banyak jenis kegiatan yang ditawarkan yang membuat hidupnya lebih bergairah.

Penghuni di panti ini ada juga sebagian yang menderita demensia. Sering terlihat ada yang menyendiri duduk di halaman panti atau kadang di ruangan tempat mereka berkumpul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun