Dulu di Medan, saat membeli kecap di warung, botol kecap kosong akan diminta. Atau kita harus membayar lebih harga botol tersebut. Hal ini berlaku juga jika kita membeli minuman ringan, terkadang minumannya dipindahkan ke dalam kantong plastik.
Ada juga pengumpul yang rutin datang membeli membeli botol-botol kosong ini, termasuk juga suratkabar, majalah (masa-masa media cetak berjaya). Di Medan kami menyebutnya Botot*. Tetapi kebiasaan ini menghilang karena semakin lama kemasan kecap dan minuman botol beralih ke kemasan plastik dan botol kosongnya akan dibuang ke tong sampah.
Botol Minuman Daur Ulang di Jerman
Hampir seluruh produk minuman di Jerman di botolnya tertera lambang daur ulang, baik yang kemasan plastik maupun gelas. Sistem daur ulang ini sudah sangat lama diberlakukan, ada dua jenis daur ulang, yaitu daur ulang beberapa kali  (mehrwegpfand), biasanya kemasan berbahan gelas, dan daur ulang sekali (einwegpfand).
Sistem daur ulang dengan sistem Pfand (deposit) ini dimaksudkan agar semua orang membawa botol kosong dan mengembalikannya untuk digunakan kembali.
Daur ulang sekali ini adalah kemasan plastik berbahan Polyethyl enterephthalat (PET) dan kemasan minuman kaleng berbahan aluminium. Sistem Einwegpfand ini walaupun masih belum bisa memuaskan semua orang termasuk pencinta lingkungan, tetapi paling tidak sampah plastik sudah diminimalkan.
Setiap botol PET yang kita kembalikan akan dihargai 25 Cent (berdasarkan kurs saat ini sekitar senilai 4000 Rupiah), sedangkan kemasan daur ulang beberapa kali berbeda-beda jumlah yang akan kita terima, tergantung jenis dan ukuran botolnya.
Di Jerman mesin automat ini sudah merata ada di setiap supermarket. Konsumen cukup mengembalikan botol-botol kosong yang ada tanda daur ulang tersebut ke mesin-mesin yang tersedia.
Bagaimana cara kerjanya?
Botol-botol ini satu persatu dimasukkan ke mesin automat. Di layar yang tersedia akan terhitung secara automatis berapa jumlah botol dan berapa Euro yang akan kita terima.Â