Sebentar lagi udara beku ini akan beranjak,
pelan-pelan meninggalkan kita yang masih menggigil di sini.
Musim yang hadirnya selalu membawa sendu.
Ayo, mari masuk menghangatkan diri di dalam rumah mungil kita.
Sekedar menghindar dari butiran salju yang luruh dari langit.
"Aku minum teh saja."
Suara hangatmu merambat lewat alur lantai kayu hingga merayapi aliran darahku.
Hangat sekali,
seperti hangatnya tatapan matamu
Kharisma yang kau tebar seolah menerangi seluruh semestaÂ
"Biar kuletakkan sepotong kayu di perapian sebelum apinya padam"
Sebetulnya kita tak butuh kehangatan dari bara itu.
Pelukan telah cukup menghadirkannya
Kita nikmati dari jendela ini saja keindahan salju yang terhampar di luar sana
Supaya dinginnya tak membekukan renjana kita.
-------
Hennie Triana Oberst
DE 09022020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H