Mendapatkan jabatan yang diidamkan di satu perusahaan pasti sangat membanggakan. Siapapun mungkin tidak akan menolaknya. Proses panjang dengan ujian lisan dan tulisan untuk menggapainya akan rela dijalani.Â
Belum lagi banyaknya jumlah pesaing yang juga mengincar tempat itu. Usaha, sabar, doa dan keberuntungan sepertinya adalah kombinasi yang paling cocok sebagai penentu apakah berhasil tidaknya jabatan idaman digenggam.
Begitu juga saya. Setelah selesai kuliah saya mendapatkan pekerjaan di tempat yang betul-betul saya cintai. Padahal sebelumnya saya memimpikan bekerja di sebuah bank.
Tapi tiba-tiba saya tersesat di jalan yang benar, mendapatkan dunia baru yang begitu menyenangkan. Dunia kerja yang memungkinkan saya menjelajahi benua lain dengan cara  yang relatif gampang.
Tetapi saya betul-betul sadar, menjadi wanita karir hingga ke puncak posisi bukan sesuatu yang saya kejar, bukan jiwa saya. Memang saya termasuk wanita yang agak klasik.
Bagi saya sudah cukup menikmati pekerjaan di lingkungan yang menyenangkan, mendapat gaji yang relatif bagus, walaupun posisinya biasa-biasa saja. Hal tersebut lebih penting daripada berada di posisi tinggi tapi tekanan kerja lebih berat dan gajinya tak sebanding dengan segala stres yang menghadang.
***
"Kamu ngapain saja di rumah seharian, apa nggak bosan?"
"Wah sayang sekali sekarang kamu nganggur, sia-sia pendidikannya."
Mungkin banyak juga wanita yang sering mendengar komentar-komentar seperti itu.
Saya akhirnya meninggalkan pekerjaan yang saya cintai tersebut. Menjadi Ibu yang hanya tinggal di rumah. Menggeluti pekerjaan yang kata sebagian orang ketinggalan zaman. Bahagiakah saya? Tentu saja. Malah lebih bahagia dibanding ketika berada di dunia kerja yang saya geluti sebelumnya.