Sebelum pulang dan menunggu kemacetan jalanan Jakarta mereda, saya menuju pantry, ingin menikmati kopi sore. Lumayan capek hari ini.
Pulang ke kost rada malam juga tidak apa, lebih lega di jalanan nanti. Toh tidak ada yang menanti dan tidak ada tanggung jawab lainnya di rumah.
"Eh tuh bos kita ngamuk, di bandara lagi rame", seorang rekan kerjaku, Sany berkata sambil tersenyum.
Kebayang wajah Mr.EM, station manager yang tidak sabaran dan sering ngomel. Saking rajinnya dia ngomel kadang kami anggap saja itu gurauan.
Bisa capek sendiri mendengar omelannya. Memang begitu karakternya. Tapi positifnya dia cepat reda kalau marah.
"Ada apa San, kenapa di Mr.DE kedengaran marah-marah di telepon?" tanyaku penasaran.
"Jelas Mr.DE marah-marah ke bandara. Tadi Mr.EM ngadu gara-gara pilot nggak mau terbang," Â jawabnya
"Katanya mau menunggu seorang pramugari maskapai penerbangan lain, yang jadwal terbangnya hampir bersamaan," lanjut Sany menjelaskan sambil tergelak-gelak.
"Ya ampun... lagi kasmaran ternyata", sambungku ikutan tertawa.
Penerbangan petang itu akhirnya berjalan sesuai jadwal. Pilot menyerah, ia akhirnya menerbangkan pesawat tanpa menunggu gadis pujaannya.
Mr.EM mengancamnya, jika ia tidak terbang sesuai jadwal, akan dilaporkan ke kantor pusat di negeri seberang sana.