Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Yang Lezat dari Shanghai

16 Maret 2011   19:00 Diperbarui: 7 Januari 2021   04:19 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tempura-foto:hotsun/pixabay

Liburan tanpa rencana kali ini bukan saja menyenangkan, tetapi juga cukup membuat saya takjub. Bagaimana tidak. Saya diberi kesempatan melihat sendiri bagaimana hebatnya negara Cina. Gratis pula.

Sepengetahuan saya, kebanyakan orang yang belum pernah mengunjungi Cina akan berpikir panjang jika diajak liburan ke negeri ini. Saya pribadi, terus terang, tidak pernah mengagendakan perjalanan ke sini. Mungkin terpengaruh kesan yang kurang baik dari kebiasaan masyarakatnya, ditambah membayangkan rumitnya bahasa setempat.

Ternyata, yang ada di pikiran saya tidak sama dengan kenyataan yang ada. Kota Shanghai, tempat di mana saya pertama kali mendarat, benar-benar sangat modern. Metropolitan yang megah, indah, dengan arsitektur gedung-gedung yang menarik. Di kota ini terdapat banyak sekali taman-taman kota yang teduh, rapi dan terawat.

Selama liburan tiga minggu ini kami tinggal di hotel yang tidak jauh letaknya dari kantor tempat suami saya bertugas. Cukup ditempuh dengan berjalan kaki sekitar lima belas menit. Hotel ini letaknya tepat di depan taman kota, namanya Xinhongqiao Central Garden, taman yang luas dan nyaman untuk bersantai.

Sayangnya, di hotel ini tidak tersedia kamar menyerupai apartemen kecil, yang biasanya dilengkapi dengan dapur kecil. Sebab itulah, kami harus pergi ke rumah makan untuk menikmati makan siang dan malam. Sebetulnya menyenangkan, tiga minggu tidak perlu repot dengan urusan dapur. Tetapi tidak begitu dengan putri kami, yang belum berusia tiga tahun. Baginya, makan di luar rumah itu sangat membosankan. Saya mengerti sekali perasaannya.

 

Setiap hari, kami berusaha untuk mencoba mencicipi kuliner yang berbeda, terutama kuliner local. Beruntungnya, sejak dulu, saya tidak cerewet dengan urusan makan. Sudah pasti tidak ada yang sempurna, tetapi kompromi selalu ada. Makanan yang saya pilih memang yang tidka terlalu asing terlihat, baik bahannya, maupun penyajiannya. Belum ada saya temui restoran Indonesia sampai saat ini.

Ada yang sedikit membuat saya terkejut. Ternyata kuliner Cina yang ada di Tirai Bambu tidak sama dengan chinese food yang selama ini saya kenal di Indonesia. Saya pikir, tentu makanan yang ada di Indonesia itu bukan berasal dari kota Shanghai. Kuliner Shanghai sangat minimal bumbunya, agak kurang nendang bagi saya yang suka makanan berbumbu banyak. Namun, bukan berarti tidak ada yang enak, ada, banyak.

Saya suka dumpling khas dari Shanghai. Dumpling yang jika digigit akan keluar sedikit kuah. Ini ciri khas dumpling Shanghai, begitu menurut teman saya yang berasal dari kota ini. Atau cara menikmati hotpot yang berbeda dengan yang selama ini saya kenal.

Tempura-foto:hotsun/pixabay
Tempura-foto:hotsun/pixabay
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun