Hal Beribadah
Pandemi Covid 19 ini rupanya hendak menginsafkan orang percaya di dunia, bahwa gereja itu bukan gedung, tetapi orangnya.
Coba deh, sebelum Corona melanda dunia, khususnya di Indonesia, kalau bisa seperti saat ini. Apalagi jika di jemaat ada "Farisian" ditambah lagi para "tua-tua ekstrim". Hadeh! Bisa debat kusir tak berujung.
Yang menyedihkan, bukan firman Tuhan yang menginsafkan hal ini, tetapi penyakit! Apakah ini berarti bahwa kita baru bisa diinsafkan dengan musibah daripada dengan apa kata firman Tuhan itu sendiri? Wallahu a'lam.
Karena itu, kalau sejak "stay at home" hingga kini ibadah Minggu dilaksanakan di rumah, ya seharusnya benar-benar ibadah.
Ini waktu Tuhan menguji kita, pribadi dan keluarga, apakah selama ini kita beribadah di gereja tanpa sadar ternyata hanyalah melaksanakan tradisi semata karena memang begitu aturan gereja dan biasanya seperti itu, ataukah benar-benar adalah kerinduan hati kita menyembah Dia.
Inilah waktunya menunjukkan kepada Dia: "Ini aku, Tuhan", "Ini keluargaku". Bukan hanya di gedung gereja, tetapi di mana pun kami rindu menyembah-Mu.
Tidak harus di rumah atau gedung, di bawah langit tak berdinding dan tak beratap pun, "Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Matius 18:20)
Hal Persembahan
Adalah diketahui bahwa sumber utama keuangan gereja adalah dari persembahan jemaat. Gegara Corona, bukan hanya Ibadah Minggu tidak dilaksanakan di gedung gereja, tetapi ibadah-ibadah lain juga dihentikan sementara waktu.
Sejauh pengamatan saya, pelaksanaan Ibadah Minggu yang dilakukan di rumah oleh setiap keluarga diorganisir oleh gereja dengan tetap memberikan pelayanan baik secara tertulis maupun melalui tayangan visual dalam jaringan (online).
Berdasarkan itu, maka persembahan pun tetap diberikan oleh jemaat, sebab ibadah itu diwajibkan tetap berlangsung di setiap keluarga di rumah masing-masing. Bisa saja waktu ini menjadi masa "penagihan".
Kita merasakan bersama, gegara Corona ini, kondisi ekonomi kita terguncang. Kita ada di badai yang sama, tetapi di kapal yang berbeda dengan kondisi setiap kapal pun berbeda-beda. Bisa saja, untuk makan pun sulit.Â