Masih sangat jelas ingatan akan peristiwa Tsunami di Aceh tahun 2004 yang memberi dampak terhadap kehadiran umat dalam ibadah jemaat. Kejadiannya di Aceh, tetapi kengeriannya di mana-mana. Orang-orang yang jarang masuk gereja tiba-tiba terlihat ada di ibadah. Puji Tuhan.
Setelah peristiwa itu berlalu dan terus berlalu, mereka tidak kelihatan lagi. Selamanya? Tidak. Mereka terlihat ada pada hari raya Natal, entah di Ibadah Malam Natal atau di Hari Natal, 25 Desember.
Ada yang selanjutnya masih terlihat datang lagi di Ibadah Malam Tahun Baru atau pada Ibadah Tahun Baru, 1 Januari, tetapi ada yang cukup sekali itu saja, yakni hanya di sesi Natal atau pada Tahun Baru saja. Setelah itu, mereka tak terlihat lagi.
Kalau obat berdosis tinggi bertakar 1 x 1 sehari, maka mereka lebih tinggi lagi, yakni satu tahun satu kali. Dari 365 hari dalam satu tahun, maka untuk Tuhan cukup satu hari saja, yakni pada Hari Raya itu saja.
Pihak gereja melakukan kunjungan ke rumah mereka. Akan tetapi, tidak sedikit yang tetap saja tidak hadir di ibadah Hari Minggu di gedung gereja. Mereka dapat dikategorikan sebagai jemaat Hari Raya, yakni hanya beribadah pada Hari Raya Gerejawi, khususnya di Hari Natal dan Tahun Baru.
Keberadaan jemaat dosis tinggi ini menggejala nyaris di semua gereja dan dengar-dengar hal yang sama terjadi pada umat beragama lainnya, yakni tempat-tempat ibadah di hari raya agama menjadi penuh sesak, tetapi setelah itu mereka tak ada lagi.
Tidak heran bila hari raya gerejawi gereja-gereja harus menyewa tenda-tenda untuk kehadiran jemat yang tiba-tiba membeludak. Ada sukacita di situ, tetapi juga ada kesedihan, sebab setelah itu, gereja tidak lagi dipenuhi manusia sebanyak itu.
Jumlah kehadiran jemaat yang banyak itu membuktikan bahwa kesadaran jemaat akan Tuhan sesungguhnya ada, tetapi kesetiaan untuk hadir beribadah di setiap Minggu faktanya tidak sesemangat pada hari raya gerejawi.
Berdasarkan pengalaman, mereka sama sekali tidak lenyap. Mereka akan tampak ada lagi bila sesuatu yang buruk terjadi di hidupnya.
Dengan standar tinggi itu, yakni 1 x 1 setahun, maka orang-orang jenis ini rupanya memerlukan perkara tinggi juga atau perkara besar pula untuk bisa didatangkan kepada-Nya; "dosis tinggi".
Misalnya, dan yang paling berhasil, adalah bila terkena sakit berat. Namun, bukan tidak ada yang ketika sudah sembuh, lenyap lagi.Â