Demokrasi kita adalah demokrasi yang menghargai perasaan orang lain. Demokrasi kita adalah demokrasi yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Petaka yang terjadi atas diri Menkopolhukam Wiranto di satu sisi dapat dikatakan bersifat politis di mana para pelakunya disebutkan sebagai pribadi-pribadi yang telah terpapar paham radikalisme.
Akan tetapi, penusukan itu sendiri adalah peristiwa kemanusiaan! Ada peristiwa berdarah di situ. Ada orang yang jatuh tersungkur karena tikaman belati Kunai hingga dilarikan ke Rumah Sakit. Dan, Puji Tuhan, ia selamat.
Ini bukan tentang siapa dan mengapa, tetapi tentang apa yang terjadi!
Siapa pun dia, bahkan seorang gembel sekalipun yang mengalami itu, musibah itu tidak pantas untuk ditertawakan! Bahkan bila ini terjadi pada diri mereka yang nyinyir, lalu ada orang yang menyinyir petaka mereka, saya tetap bersikap sama.
Saya juga tidak bicara politik di sini walau terpaksa saya harus memilih kanal Politik karena "demokrasi". Saya bicara tentang kemanusiaan. Saya bicara tentang derita manusia yang tidak pantas untuk dilecehkan, siapa pun manusia itu!
Apalagi kejadian baru saja terjadi, belum tahu parah atau tidak sudah langsung status nyinyir. Bagaimana kalau Beliau ternyata meninggal akibat tusukan itu, sementara status-status nyinyir itu sudah terlanjur ditayangkan?
Salah satunya: "Semoga lancar kematiannya". Dan, ini disebut hak demokrasi setiap orang?
Kalau itu yang disebut demokrasi, maka itu demokrasi yang tidak berperikemanusiaan! Demokrasi yang tidak beradab! Dan, itu juga bukan demokrasi yang ber-"Ketuhanan Yang Mahaesa"!
Ketiga, Sila I Pancasila "Ketuhanan Yang Mahaesa", bahwa kita adalah bangsa ber-Tuhan.
Demokrasi kita adalah demokrasi yang ber-Ketuhanan Yang Mahaesa.