Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Hewan Punya Perasaan?

3 Agustus 2019   19:34 Diperbarui: 25 Juni 2021   12:39 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apakah Hewan Punya Perasaan? | gambar:twitter@kemiskiinan

Dia tidak mau pergi dari situ. Itu makam adiknya yang mati karena ditabrak motor. Dia terus di situ sambil "memeluk" adiknya. Gambar-gambar ini dibagikan oleh akun Twitter @kemiskiinan, Selasa, 30/7/2019.

gambar:twitter@kemiskiinan
gambar:twitter@kemiskiinan
Hewan tidak tahu apa yang baik dan apa yang jahat, tetapi hewan punya perilaku emosional seperti yang dimiliki oleh manusia, misalnya: merasa sakit, sedih, marah, stress , gembira, takut, dan lainnya.

Baca juga: Menengok Rumah Sakit Hewan Terbesar dan Terlengkap di Bandung Raya

Charles Darwin adalah ilmuwan pertama yang  mengangkat subyek penelitian perihal emosi pada hewan dan diteruskan oleh ilmuwan-ilmuwan lain hingga kini. Tidak sedikit hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa hewan juga memiliki emosi (perasaan). Akan tetapi, kesimpulan akan hal ini masih terus dikritisi agar tidak dijadikan sebagai suatu kepastian disebabkan besarnya faktor perspektif manusia di dalamnya.

Marc Becoff, Profesor Emiritus Ekologi dan Biologi Evolusi di Universitas Colorado, adalah salah satu ilmuwan yang juga secara khusus melakukan riset terhadap emosi hewan.

Baca juga: Mengapa Kita Tidak Tega Makan Daging Hewan Peliharaan Sendiri?

Meski sukses menghasilkan teori-teori tentang adanya emosi pada hewan berdasarkan hasil risetnya sehingga menjadi rujukan banyak karya ilmiah, tetapi pada salah satu tulisannya  yang populer di halaman Oxford Journal berjudul Animal Emotions: Exploring Passionate Natures, Becoff menyadari pula bahwa riset akan emosi hewan ini berhadapan pada kenyataan: "we can never really know that animals feel emotions".

gambar:twitter@kemiskiinan
gambar:twitter@kemiskiinan
Ya, tentu saja, karena manusia tidak dapat menjadi hewan untuk membuktikan kebenaran teori-teori akan "perasaan" mereka (baca: hewan). Subjektivitas manusia mendominasi interpretasi pemahaman akan emosi pada hewan.

Manusia memang memiliki sifat dasar ingin tahu. Akan tetapi, bagaimana pun, ada batas pengetahuan manusia, yakni hakikat manusia itu sendiri yang adalah ciptaan bukan pencipta. Cukuplah sampai berkuasa. Mahakuasa itu Allah. Cukuplah sampai berpengetahuan. Mahatahu itu milik-Nya.

Saya pikir, kita tidak harus menunggu bukti ilmiah akan kebenaran bahwa hewan memiliki emosi untuk membuat manusia tidak memperlakukan hewan dengan sewenang-wenang, tetapi juga dapat menghargai mereka sebagai ciptaan Allah. 

Baca juga: Saat Hewan Menjadi Sumber Pundi-pundi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun