Alkisah, hiduplah kakak beradik bernama Kain dan Habel. Kain bekerja sebagai petani. Habel menjadi pengembala kambing domba.
Habel seorang yang tulus hati. Ia memberikan persembahan terbaik dari hasil ternak gembalaannya kepada Tuhan. Itu menyenangkan hati Tuhan. Kain menjadi cemburu terhadap Habel. Kain membunuh Habel tanpa saksi. Hanya Kain dan Habel saja.
Siapakah hakim atas Kain dan Habel? Tuhan Yang Mahaesa, Pencipta langit dan bumi serta segala isinya. Dia-lah Hakim Yang Adil. Kain menerima keadilan-Nya. Kain menjadi pelarian dan pengembara. Tanah tidak diijinkan Tuhan memberi hasil sepenuhnya bagi Kain.
Tidak ada yang tersembunyi bagi Tuhan. Tidak perlu diajari mana baik mana buruk. Tidak perlu diberi tahu siapa salah siapa benar. Keadilan-Nya tidak akan tertukar.
Ia melihat apa yang tidak dilihat manusia. Mengetahui apa yang tidak diketahui manusia. Menyelidiki hati dan pikiran. Mendengar ucapan. Mengikuti langkah kaki. Mengamati tingkah laku. Melihat dalam gelap. Menatap dalam sepi.
Segala kata dan laku yang menyakiti hati akan kembali ke hati pula. Beda kasus, satu rasa. Manusia harus tahu, bahwa Ia bukan tidak ada. Ia ada.
Sebab, hidup bukan hanya "saya dan Tuhan", tetapi juga "saya dan orang lain serta ciptaan lainnya". Kebenaran bukan hanya kebenaran bersama Tuhan, tetapi juga kebenaran bersama sesama manusia dan ciptaan lainnya.
Dalam semuanya itu, Tuhan bertindak untuk apa yang tidak dapat ditindaki oleh manusia, bekerja untuk apa yang tidak dapat dikerjakan oleh manusia, melakukan apa yang tidak dapat dilakukan oleh manusia.
Ketika manusia gagal menegakkan keadilan, Ia memberi keadilan dengan cara-Nya sendiri. Keadilan Tuhan berlaku bagi semua ciptaan-Nya. Tidak ada seorang pun yang luput. Apa yang ditabur, itu juga yang dituai.
Hari ini bukan untuk hari kemarin. Hari ini untuk hari esok. Apa yang kita lakukan hari ini akan berbuah di hari esok. Menabur pada hari ini tidak tumbuh di hari ini juga. Ada waktu menanam, ada waktu menuai. Semua ada waktunya. Segala sesuatu ada masanya.
Oleh sebab itu, seyogianya kita berhati-hati dalam menabur kata dan perbuatan sebab akan tiba waktu untuk menuai.