"Kita harus rapat!"
Ada apa?
Telunjuk :Â Akulah yang dipakai guru menjadikan manusia makhluk pintar, tahu ini dan itu. Aku yang menunjukkan ini 'a', ini 'b'. Ini benar, itu salah. Ini kanan, itu kiri. Jawabannya bukan itu, tapi ini.
Namun, lihat! Di mana-mana "suka" itu Jempol. "Hebat, top, mantap, jago", semuanya Jempol. Harusnya aku! Sebab akulah yang menunjuk baik, buruk, benar, salah, ini, itu, dan sebagainya!
Jempol :Â Ya, kamu yang membuat manusia menjadi tahu segalanya, tetapi kamu juga yang membuat manusia tidak tahu akan dirinya sendiri. Menunjuk orang lain, enggan menunjuk diri sendiri.
Kamu yang membuat manusia itu pintar bahkan terlalu pintar hingga tidak tahu apa itu bodoh. Dengan mata jasmani mereka melihat, tetapi dengan mata hati mereka membuta.
Bagaimana mungkin kamu menuntut untuk dipuji, bila kamu yang menunjuk yang baik, tetapi kamu pula yang merusak yang baik itu?!
Tengah :Â Hei, sudahlah! Buka mata kalian! Aku yang paling tinggi di antara kalian semua. Itu fakta!
Diakui atau tidak, dipuji atau tidak, tetap saja akulah yang paling tinggi. Kalian tidak lebih tinggi dariku. Oleh sebab itu aku santai-santai saja.
Telunjuk :Â Ya, kamu paling tinggi. Oleh sebab itu kamu tidak mau merendah. Kamu tidak perduli orang lain, tidak perduli apa pun. Kamu hanya ada untuk dirimu sendiri dan kepentinganmu sendiri.