Perjalanan pulang juga sangat memakan tenaga kami, Sembari membantu membawa dirigen kosong. Kami berjalan pelan-pelan. Sampai rumah, kami pun hanya duduk karena sangat kelelahan. Saya tidak membayangkan bisa hidup dan bekerja seperti mereka. Lelahnya luar biasa, tetapi yang di dapat tidak seberapa.
Hari ketiga, kami meminta mereka untuk membangunkan kami pagi-pagi. Saya dan teman saya ingin ikut mereka pergi berbelanja ke pasar. Kami dibangunkan pukul 5 pagi. Dan berangkat menggunakan mobil pick up. Bisa ditebak, kami berdiri di belakang. Hanya itu kendaraan yang mau lewat disini untuk membawa warga disana pergi ke pasar. Lokasi pasarnya tidak terlalu jauh. Kami turun dan ibu mulai berbelanja. Saya dan teman saya pun punya misi. Kami mau memberikan tas kepada dua anaknya yang masih sekolah. Karena kami lihat, tas yang mereka pakai sudah rusak, usang dan belum ada gantinya. Sembari membeli tas, ibu membeli kol yang banyak. Katanya untuk masak sup. Kami membayangkan sop ayam yang biasa kami makan. Hmmm  enaknya...
Sampai dirumah, ibu langsung memasak makanan. Kami ikut membantu. Saya terkejut, karena sup nya berbeda. Banyak sekali kol nya (kata ibu kol itu kesukaan Joko anak pertamanya). Lalu tanpa bumbu, hanya sedikit sekali royco sisa. dan sedikit garam. Bisa dibayangkan rasanya? Tasteless. Saya akhirnya pergi ke warung terdekat dan membeli MSG dan garam (ya memang ga sehat, tapi daripada makan kuah bening berbau kol). setelah di cicipi, ya lumayanlah ada rasanya. Pengalaman sekali seumur hidup makan sayur sop yang isinya hanya kol, setengah wortel kecil (ya, wortel kecil yang dibagi 2, hanya setengah) tanpa daging sapi atau ayam, MSG dan sedikit garam.
Ketika makan bersama, semuanya makan dengan lahap. Mereka nampak menikmati sup yang isinya kol. Tidak apa-apa, toh ekspresi mereka yang senang membuat saya dan teman saya ikut makan dengan lahapnya. Saya pun makan sampai kenyang.
Hari itu kami memberikan hadiah tas yang kami beli di pasar. Alangkah senangnya Joko dan Puteri. Padahal harga tas nya hanya 50rb rupiah saja. Namun tas itu merupakan barang berharga untuk mereka. Saya teringat, dibandingkan dengan saya, yang membeli tas sekolah di mall. Harganya tentu sangat berbeda. Saya sadar bahwa tas 50rb rupiah bisa membawa dampak yang berbeda untuk mereka.
Hari terakhir. Anatara sedih dan senang. Sedih karena harus meninggalkan mereka. Senang karena saya bisa kembali kerumah bertemu orang tua. Kami bersiap-siap. Ibu sempat beberapa kali berkata kepada kami untuk tinggal lebih lama lagi. Sedih? Tentu, Saya inginnya juga begitu, tapi kan tidak bisa. Kalau tidak balik hari ini, saya pulang nanti gimana? Saya jelaskan ke ibu, ia tampak sedih, begitupun saya. Bahkan ketika mengetik cerita ini, rasa sedih kembali muncul. Ibu tidak mengantarkan kami. Alasannya karena ia tidak sanggup  untuk berpisah. Kami berpelukan dan menangis bersama. Bapak yang akhinya mengantarkan kami ke tempat kami berkumpul. Kami berpisah dan saya mencatat alamat mereka untuk mengirimkan foto kami bersama.
Kami naik ke truk. Ya, truk yang diapakai untuk mengangkut sapi. Menuju ke tempat wisma penginapan kami. Kembali makan makanan yang biasanya kami makan. Bahkan, kami sempat makan di KFC. Waktu itu, hampir semua teman saya makan sampai nambah. Bahkan ketika kami makan sayur asem, rasanya itu adalah sayur asem terlezat di dunia. Mungkin karena kami tidak merasakan makanan seperti itu selama di desa.
Satu hal, ketika sampai di Jakarta. Saya teringat, saya melihat keluarga yang sangat sederhana, yang bahkan tidak mempunyai WC dan TV dirumah, sangat kontras dengan kehidupan pejabat pemerintah yang sukanya berfoya-foya dan korupsi. Sedih sekali. Tidakkah mereka berpikir bagaimana jika mereka yang ada dalam posisi keluarga tersebut? Ketika bencana alam gunung meletus di daerah Jogja. Saya tidak tau kabar mereka disana. Apakah mereka juga menjadi korban, ikut mengungsikah mereka? Baik-baik sajakah mereka disana? Sayang sekali, alamat mereka yang saya simpan sudah hilang bersamaan dengan handphone saya yang rusak.
Jakarta, 1 Mei 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H